Rabu, 21 Februari 2018

Jejak Volunteer: Episode 1


Bismillah...

"Ndah, mana tulisan terbaru?" Mb Jule kembali memintaku untuk sejenak menata deret demi deret perjalanan yang kian hari kian memunculkan gagasan baru untuk kutuangkan dalam sebait kisah perjuangan.

"Maaf mb, masih belum sempet."

Januari terlewati dengan begitu manis. Januari rasa strawberry. Banyak getir-getir perjuangan dan manisnya hasil perjuangan pula. Aaah... Semua telah tercatat rapih dalam memori dan hati khususnya. Tokoh-tokoh baru yang terlibat dalam perjuangan ini membuatku semakin bersyukur karena Allah Maha Baik. Dia tak membiarkan aku berjuang sendirian, dihadirkan-Nya orang-orang yang menguatkan. 

Januari berlalu dan kini hampir dipenghujung Februari. Kau tak ingin bertanya bagaimana aku melewati Februari? 

"Alhamdulillahilladzi ahyana ba'da ma amatana wa ilaihinnusyur". Disadari atau tidak, ketika kita berucap do'a setelah tidur maka sesungguhnya setiap pagi kita telah bersyukur dan berjanji untuk melakukan hal-hal terbaik yang bisa kita lakukan hari itu juga. Itulah kenapa hatiku tergerak untuk terus melibatkan diri dalam kebaikan. Mencari peluang untuk mengejar ridha-Nya. 

Jika Januari konsentrasiku penuh dengan Palestina, Februariku juga masih sama. Karena perjuangan ini adalah lingkar keberkahan Al-Aqsa, maka merugilah diri yang tak bersegera menyambut seruan untuk terus bersama Palestina.

Melayarkan 10.000 ton beras untuk Palestina. Tampaknya cerita ini juga lumayan panjang. Penuh kemelut namun tetap terus fokus untuk Palestina.

Sejatinya setiap jejak yang kita tinggalkan di muka bumi ini adalah bukti bahwa kita adalah hamba yang wajib menaati peraturan Yang Maha Kuasa. Jejak-jejak itulah yang akan menjadi saksi apakah langkah kita telah berada pada jalur yang benar atau tidak.