Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam
Pengantar
bagian pertama
Menjadi muslim yang baik tidak cukup dengan hanya mengandalkan
faktor keturunan, identitas, atau penampilan luar. Untuk menjadi muslim sejati,
kita harus memilih, berkomitmen, dan berinteraksi dengan islam dalam segenap
aspek kehidupan.
Allah SWT berfirman:
(#rßÎg»y_ur Îû «!$# ¨,ym ¾ÍnÏ$ygÅ_ 4 uqèd öNä38u;tFô_$# $tBur @yèy_ ö/ä3øn=tæ Îû ÈûïÏd9$# ô`ÏB 8ltym 4 s'©#ÏiB öNä3Î/r& zOÏdºtö/Î) 4 uqèd ãNä39£Jy tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$# `ÏB ã@ö6s% Îûur #x»yd tbqä3uÏ9 ãAqߧ9$# #´Îgx© ö/ä3øn=tæ (#qçRqä3s?ur uä!#ypkà n?tã Ĩ$¨Z9$# 4 (#qßJÏ%r'sù no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qßJÅÁtGôã$#ur «!$$Î/ uqèd óOä39s9öqtB ( zN÷èÏYsù 4n<öqyJø9$# zO÷èÏRur çÅÁ¨Z9$# ÇÐÑÈ
Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) Telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan
(begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu
dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. dia adalah
Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.
Dari ayat di
atas dapat terlihat sifat-sifat paling signifikan yang harus dimiliki oleh
setiap muslim agar pilihan dalam hidupnya menjadi seorang muslim benar, tulus
dan lurus. Mendirikan shalat, menunaikan zakat dan berpeganglah kepada tali
Allah dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
·
Saya Harus Mengislamkan Aqidah Saya
Syarat pertama
untuk menjadi muslim yang baik adalah memiliki aqidah yang benar dan lurus,
sesuai dengan arahan al-Qur’an dan Sunah Rasulullah saw. beriman kepada apa
yang diimani oleh generasi muslim pertama, yakni generasi salaf shalih dan para
pemuka agama yang diakui kualitas kebaikan, ketakwaan, dan pemahamannya yang
benar atas agama Allah ‘Azza wa Jalla.
Agar menjadi
muslim sejati dalam beraqidah, ada beberapa tuntutan yang harus dilaksanakan.
·
Percaya (beriman) bahwa pencipta alam raya ini adalah Tuhan yang
Maha Bijaksana, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan Maha Hidup. Sebagai bukti,
alam ini bergerak dengan sebuah sistem yang sangat baik, teliti, dan rapi.
Allah Swt berfirman:
öqs9 tb%x. !$yJÍkÏù îpolÎ;#uä wÎ) ª!$# $s?y|¡xÿs9 4 z`»ysö6Ý¡sù «!$# Éb>u ĸöyèø9$# $£Jtã tbqàÿÅÁt
“Sekiranya ada di langit dan di bumi
tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha
Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”
·
Percaya (beriman) bahwa Allah yang Maha Tinggi tidak menciptakan
alam raya ini secara main-main dan tanpa tujuan, karena Dzat yang memiliki
sifat yang Maha Sempurna tidak pantas menciptakan sesuatu dengan main-main.
Allah Swt berfirman:
óOçFö7Å¡yssùr& $yJ¯Rr& öNä3»oYø)n=yz $ZWt7tã öNä3¯Rr&ur $uZøs9Î) w tbqãèy_öè? ÇÊÊÎÈ
n?»yètGsù ª!$# à7Î=yJø9$# ,ysø9$# ( Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd >u ĸöyèø9$# ÉOÌx6ø9$# ÇÊÊÏÈ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya
kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang Sebenarnya; tidak
ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.”
·
Percaya (beriman) bahwa Allah Swt. telah mengutus para Rasul dan
menurunkan kitab-kitab suci sebagai sarana agar manusia mengenal-Nya sekaligus
menjelaskan tujuan penciptaan diri mereka, asal-usul, dan tempat kembali
mereka. Rasul terakhir yang diutus oleh-Nya adalah Muhammad Saw. yang
kedudukannya diperkuat dalam al-Qur’an:
ôs)s9ur $uZ÷Wyèt/ Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqߧ Âcr& (#rßç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$# ( Nßg÷YÏJsù ô`¨B yyd ª!$# Nßg÷YÏBur ïƨB ôM¤)ym Ïmøn=tã ä's#»n=Ò9$# 4 (#rçÅ¡sù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. c%x. èpt7É)»tã úüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÌÏÈ
“Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut
itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
·
Percaya (beriman) bahwa tujuan dari keberadaan manusia di dunia
adalah mengenal Allah ‘Azza wa Jalla dengan sifat-sidfat yang diterangkan
langsung oleh-Nya. Juga agar manusia taat dan menyembah-Nya.
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ !$tB ßÍé& Nåk÷]ÏB `ÏiB 5-øÍh !$tBur ßÍé& br& ÈbqßJÏèôÜã ÇÎÐÈ ¨bÎ) ©!$# uqèd ä-#¨§9$# rè Ío§qà)ø9$# ßûüÏGyJø9$# ÇÎÑÈ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki
sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku
makan. Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan
lagi sangat kokoh.”
·
Percaya (beriman) bahwa orang mukmin yang taat akan mendapat
balasan surga dan orang kafir yang bermaksiat akan mendapat balasan neraka.
×,Ìsù Îû Ïp¨Ypgø:$# ×,Ìsùur Îû ÎÏè¡¡9$# ÇÐÈ
“... segolongan masuk surga, dan segolongan
masuk jahannam.”
·
Percaya (beriman) bahwa manusia melakukan amal yang baik dan buruk
dengan pilihan dan kehendaknya sendiri. Namun, ia tidak bisa berbuat baik
kecuali karena petunjuk dan pertolongan Allah. Dan manusia terjerumus dalam
kejahatan bukan karena Allah, melainkan hanya dalam batas kehendak-Nya.
(Asy-Syams:7-10) dan (al-Muddatstsir: 38)
·
Percaya (beriman) bahwa hanya Allah yang berhak membuat hukum dan
siapa pun tidak boleh melanggarnya. Ulama muslim boleh berijtihad untuk
menentukan suatu hukum dalam kerangka prinsip-prinsip syariat yang ditetapkan
oleh Allah. (asy-Syura: 10)
·
Berusaha mengenal Allah dengan mengetahui nama-nama dan sifat-sifat
yang sesuai dengan kebesaran-Nya. Abu Hurairah ra. meriwayatkkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya, Allah memiliki sembilan puluh sembilan
nama, yaitu seratus kurang satu. Siapa pun yang menghafalnya maka akan masuk
surga. Allah adalah tunggal dan Dia menyukai (bilangan) yang ganjil.
·
Berusaha memikirkan makhluk Allah dan tidak memikrkan Dzat-Nya,
seperti dianjurkan oleh Rasulullah saw., “Berpikirlah tentang ciptaan Allah dan
jangan berpikir tentang (Dzat) Allah, karena sesungguhnya, kamu tidak akan
mampu mengukur-Nya.”
·
Mengenai sifat-sifat Allah swt., banyak ayat al-Qur’anul Karim yang
menyebutnya sesuai dengan kesempurnaan Allah swt. ada yang menjelaskan
keberadaan (wujud) Allah swt. Ada yang menerangkan sifat baqa’ (kekal) dan
qidam (keazalian) Allah. Ada yang menunjukkan kepastian perbedaan Allah dengan
makhluk ciptaan-Nya dan menyucikannya dari anak, orang tua, sesuatu yang serupa
dan setara dengan-Nya. Ada yang menjelaskan independensi atau keridaktergantungan
Allah dengan makhluk-Nya, namun sebaliknya, makhluk menggantungkan segala
kebutuhannya kepada Allah.
·
Yakin bahwa pendapat generasi salaf lebih layak diikuti untuk
menyelesaikan masalah ta’wil dan ta’thil (menafikan sifat-sifat Allah), dan menyerahkan
pengetahuan atas makna sifat-sifat tersebut kepada Allah swt. Di sisi lain,
interpretasi yang dilakukan kaum khalaf atas makna sifat-sifat tersebut tidak
dapat dijadikan alasan untuk mengkafirkan atau menuduh mereka fasik. Tidak pula
membenarkan perselisihan panjang yang terjadi di antara mereka dan orang-orang
yang bertentangan dengannya, baik di masa lalu maupun sekarang.
·
Harus menyembah Allah swt. dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa
pun. Ini merupakan bukti memenuhi panggilan Allah yang disampaikan melalui
risalah-risalah para Rasul karena Allah menyeru mereka agar menyembah-Nya
semata dan melarang mereka tunduk kepada siapa pun, selain kepada-Nya.
(an-Nahl: 36)
·
Hanya takut kepada Allah dan tidak pernah takut kepada apa pun
selain dari-Nya. Lalu rasa takut itu menjadi motivasi yang mendorong agar
menjauhi segala sesuatu yang dimurkai dan diharamkan oleh Allah. (an-Nur: 52)
·
Selalu mengingat Allah dan senantiasa berzikir kepada-Nya. Diam
menjadi wahana berpikir dan bicara menjadi momentum berzikir. Zikir kepada
Allah adalah obat jiwa yang paling manjur dan senjata yang paling ampuh untuk
menghadapi berbagai tantangan zaman dan persoalan hidup. Allah berfirman dalam
(ar-Ra’d: 28) dan (az-Zukhruf: 36-37).
Dr. Bril mengatakan, “Orang yang
benar-benar taat beragama tidak pernah menderita sakit jiwa.” Jadi dapat di
simpulkan bahwa dengan zikir kondisi hati akan stabil.
Ø Cinta
kepada Allah yang membuat diri semakin rindu kepada keagungan-Nya dan hati
mereka terpaut dengan-Nya, sehingga terus memotivasi mereka melakukan perbuatan
yang baik dan memicu semangat berkorban serta berjihad di jalan-Nya.
(at-Taubah: 24)
Juga sebagai sarana merasakan
manisnya Iman yang disinyalir oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya: “Ada tiga
perkara yang apabila dimiliki oleh seseorang, maka dia telah merasakan manisnya
iman. Tiga perkara itu adalah dia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada
yang lain; mencintai orang lain hanya karena Allah; dan tidak suka kembali
kepada kekafiran sebagaimana ia tidak suka jika dilemparkan ke dalam api.”
Ø Bertawakal
kepada Allah dalam segala urusan dan menyerahkannya kepada Allah. Sikap ini
akan menumbuhkan kekuatan dan semangat dalam diri sehingga seberat apa pun
kesulitan yang dihadapi akan tetap diarungi. (ath-Thalaq: 3)
Dalam sebuah pesan yang sangat
mengesankan, Rasulullah saw. bersabda, “Peliharalah Allah, maka Allah akan
memeliharamu. Peliharalah Allah, maka kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu.
Apabila kamu memohon, maka mohonlah kepada Allah. Apabila kamu meminta
pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya,
seandainya seluruh manusia sepakat untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka
mereka tidak akan bisa memberinya kecuali sebatas yang telah ditetapkan oleh
Allah untukmu. Dan sebaliknya, seandainya mereka sepakat untuk mencelakaimu,
maka mereka tidak akan bisa mencelakaimu, kecuali sebatas apa yang telah
ditetapkan oleh Allah untkmu. Pena telah diangkat dan lembaran catatan telah
kering.” (h.r. Tirmidzi)
Ø Bersyukur
kepada Allah atas segala nikmat-Nya yang tidak terhitung, juga atas karunia dan
rahmat-Nya yang tidak terhingga. Bersyukur adalah bagian dari etika yang harus
ditunjukkan kepada Dzat yang telah memberi kenikmatan, berbuat baik, dan
memberi karunia kepada kita. (an-Nahl: 78), (Yasin: 33-35) dan (Ibrahim: 7)
Ø Selalu
memohon ampun kepada Allah. Istighfar dapat menghapus kesalahan, memperbaharui
tobat dan Iman, dan melahirkan ketenangan serta kedamaian. (an-Nisa’: 110) dan
(Ali Imran: 135-136)
Ø Selalu
merasa diawasi oleh Allah, baik dalam kondisi tersembunyi maupun
terang-terangan, dan meresapi makna firman Allah swt., (al-Mujadilah: 7)