Rabu, 27 Desember 2017

Squad Galang Dana untuk Palestina: Bag. 2



Bismillah 

Seperti biasa, aku mencoba mengingat-ingat bagaimana waiting list jum’at yang telah berlalu, tepatnya 2 jum’at lalu. Masih dalam aksi galang dana untuk Palestina.

Well, kan kumulai dengan ingatan episode pertama kita melakukan penggalangan dana di Kemrata. Aras Sembilan, Track Angker. Isinya mungkin ga terasa angker sebab kita ingin fokus bagaimana menumbuhkan rasa cinta pada saudara kita di Palestina ke anak-anak Pramuka pada malam Kemrata itu. Tapi, beneran... jujur itu track, perjalanan yang paling mendebarkan. Dan jika penggalangan dana sebelumnya aku bersama Kakak-Kakak Jenggo (Akhwat Jomblo), kali ini aku dibersamai pemuda-pemudi Aceh Tamiang.
__________
Sebelum Jum’at, 15 Desember 2017. Kamis malam, kita ribut aja di grup Alumni Sanlat (Pesantren Kilat). 

“Bagaimana kalau kita galang dana untuk Palestina? Mau?” Kak Nin memulakan percakapan
“Ok mau kak” Jawab anak-anak

Riuh grup Alumni Sanlat 2017 melebihi pajak, ada yang sedang minta izin dulu ke ortu masing-masing, ada yang langsung mengiyakan ajakan Instruktur Sanlat, ada yang mulai browshing mencari teman untuk menggalang dana, berbagai respon akan ditemukan dalam grup tersebut.  

Maaf yah karena mendadak. Memang isu Palestina kembali mencuat begitu saja, tanpa konfirmasi sebelumnya. Seandainya Donal Trump konfirmasi terlebih dahulu ke kita, tentunya kita akan melakukan persiapan yang begitu matang. Gak dadakan. Hehe tentu saja itu tidak akan terjadi. Tapi, saya begitu yakin kalau kalian (Pemuda Tangguh) tak akan menyia-nyiakan ajakan untuk melakukan penggalangan dana khususnya untuk Palestina. Negeri para anbiya. Negeri yang tersebut di dalam Al-Qur’an. Palestina.

Aku masih terus mengingat-ingat bagaimana kisah “Gadis Kecil di Tepi Gaza” yang begitu mengharukan. Ayahnya seorang pejuang Hamas yang dipenghujung usianya tak dapat bertemu dengan putri nan jelita, mendekam di penjara kaum Zionis. Yahudi la’natullah alaih. Sedang Ibu dan adiknya wafat tertimbun reruntuhan rumah. Hanya ia yang selamat saat kejadian pemboman di perumahan warga sipil ketika itu. 

Di salah satu halaman tersebutkan bahwa “Palestin, dengar ini baik-baik. Kiamat tidak akan terjadi sampai Palestina merdeka.” Bayangkan bagaimana jika kesudahan peperangan di Palestina terhenti dan itu artinya Palestina merdeka. Tentu kita akan semakin dekat dengan peristiwa besar yang telah di khabarkan oleh Rasulullah Saw 1400 H jauh sebelum saat ini. Hai sahabat-sahabat semua, apa yang sudah kita lakukan untuk hidup kita? (Saya juga tengah merenungkan diri sendiri melalui tulisan ini)

Bagaimana jika seketika Allah cabut nyawa kita, di saat kita sedang terlupa mengingati-Nya. Kita lalai, dalam gelimang dosa. Bagaimana? Bagaimana jika kita diwafatkan dalam keadaan dalam gelimang maksiat? Sanggupkah kita menahan derita akhirat yang begitu dahsyatnya? Tahukah jika derita yang paling ringan ketika di neraka adalah ketika seseorang yang dilemparkan ke dalam neraka dan dia menggunakan terompah yang panasnya sampai mendidihkan ubun-ubun. Na’udzubillah. Rabbi kami memohon ampunan atas segala khilaf dan salah yang sesungguhnya sering kami tampakkan pada-Mu dengan sengaja. Ampuni kami Ya Rabb.
________
“Kalian pemuda-pemudi yang luar biasa.” Bisik hatiku
“Bisakah kalian terus seperti ini, memelihara cinta pada Palestina, di saat kalian senang ataupun susah. Kalian terus bermunajah, mendo’akan kebebasan Palestina.”
________
Jum’at itu aku meminta mereka untuk berkumpul di Mesjid Benua Raja, pukul 11.00 wib sebelum sholat jum’at ditegakkan. Ada hal-hal yang ingin kusampaikan sebagai perwakilan MRI Aceh Tamiang kepada para relawan yang telah bergabung untuk membantu penggalangan dana untuk Palestina. Seperti biasa, kupercepat laju motor dengan niat sampai tepat waktu dan biarlah aku sampai terlebih dahulu sebelum anak-anak sampai mendahuluiku. 

“Masih sepi.” 

Alhamdulillah, bisa sampai duluan sebelum anak-anak yang lain sampai. Tak berapa lama aku menunggu di parkiran Mesjid, Rina (Alumni Sanlat) muncul membersamai beberapa lainnya. Tak perlu menunggu sampai ngumpul semua, aku langsung memberikan tanda pengenal kepada mereka sembari menginformasikan bagaimana tehnis penggalangan dana dan pos-pos tempat penggalangan dana. Alhamdulillah kita bisa mengunjungi beberapa titik penggalangan dana. 4 titik penggalangan dana Jum’at itu.

Sebelum kita istirahat siang, mengatur nafas.

Belum puas rasanya ketika hasil dari penggalangan dana yang kita kumpulkan tak mencapai target yang diinginkan. Aku melihat semangat mereka dalam melakukan penggalangan dana, begitu luar biasa. Pos 1 yang dikomandoi Fikri dan Insyah (Indah Syahfitri) and the geng, mengumpulkan 1,5 juta lebih. Pos 3 yang dikomandoi oleh Kak Maryam mengumpulkan lebih dari 100 rb. Pos 4 yang dikomandoi oleh Della and the geng juga ga kalah saing yaitu sebanyak 750 rb an, sementara kelompok 2? Ah kita masih malu-malu tampaknya. 

Tapi setelah itu kita hilangkan sejenak rasa malu dan menebalkan muka untuk menggalang dana. Ahai, turunlah kita ke Pajak Kuala Simpang dengan kotak bertuliskan Donasi untuk Palestina seadanya. Modal niat lillah untuk Palestina, bismillah. Kita balas ketidaktercapaian target donasi sebelumnya. Hasilnya, kita (Kak Kim, Tiva, Rina, Eva dan wah saya lupa namanya tapi wajahnya in syaa Allah ingat) alhamdulillah mengumpulkan lebih dari 1 jt. 

Jangan silap ngitungnya ya mak cik!

Di episode galang dana sebelum dan sebelumnya lagi, penggalangan dana yang aku turut nyemplung menyodorkan kotak donasi ke masyarakat, ini adalah kali ke 3. Jika sebelumnya di malam hari, kini di siang hari. Selesai sholat dhuhur kita langsung nyebur ke tengah hiruk pikuk dunia perpajakan (pasar). Hehe (Jadi komando si Tiva dan Eva). Usai itu kita lanjut sholat Ashar dan menunggu pasukan lainnya yang juga menyambung penggalangan dana usai sholat Ashar. Jujur agak letih dan khawatir. Letih karena semalaman mempersiapkan aksi galang dana yang mendadak, dan khawatir jika di hari H kita ga maksimal dalam melakukan penggalangan dana. 

Ada hal yang menarik dari penggalangan dana kali ini. Jika sebelumnya aku hanya mendapati pemberitaan unjuk rasa yang dilakukan di Yordania yang disesaki oleh Nasrani Koptik yang menolak pernyataan Donal Trump, kini aku merasakan hal yang benar-benar nyata. Mungkin dia temennya Insyah and the geng, seorang Nasrani yang ikut melakukan penggalangan dana di siang terik jum’at yang berkah itu. Kuperhatikan raut wajahnya yang sudah memerah karena teriknya matahari dan juga lelah yang bertambah semakin membuatnya cepat-cepat ingin pulang. Aku tak sempat berterimakasih padanya. Ntah siapa namanya. Tapi, rasa kemanusiaannya sudah cukup membuatnya menjadi manusia yang memanusiakan manusia lainnya, sehingga ia juga memiliki kepedulian yang sama. Sering kutemui manusia yang tidak memanusiakan manusia lainnya. Banyak sekali. 

Alhamdulillah ‘ala kulli hal, penggalangan kedua kalinya di hari jum’at yang berkah, terkumpul sejumlah Rp. 5.005.000,-
Yap gaes, langkah-langkah yang telah kita kayuh bersama untuk menggalang dana telah tercatat sebagai tindakan nyata kita, kepedulian kita pada apa yang terjadi di Palestina. Semoga Allah memberkahi usia kita semua dan menjadikan kita sebagai orang-orang yang pertama bergerak menyepuh luka orang lain. Pertemuan kita di episode ini juga telah tertakdirkan oleh-Nya, langkah-langkah kita ditautkan pada tujuan mulia yang sama. In sya Allah. 


Penggalangan dana jum'at, 15 Desember 2017 diakhiri dengan senja yang begitu memukau. Ntah bagaimanakah perasaan kalian senja itu... Semoga langkah kecil kita terhitung sebagai ibadah yang memberatkan pahala kita kelak di akhirat.

#KawalAksiBelaPalestina
#AksiCepatTanggap
#MasyarakatRelawanIndonesia
#letsUniteForAlQuds
#GenCintaQur'an

Minggu, 24 Desember 2017

Aras Sembilan, Track Angker



Bismillah 

Pernah diminta sama seseorang buat nulis kegiatanku selama di kampung halaman. “Ndah, request dong! Kegiatan di sana apa saja.” 
“Ok.”
_______

Ingatan-ingatan kita tentang hal yang membahagiakan atau menyedihkan sekaligus tentu akan  selalu ikut serta ke mana saja langkah berkelana dan seluruh kisah itu satu per satu akan menjadi waiting list untuk ditulis atau malah seperti kafilah yang singgah sebentar dan berlalu. 

Menjadi seorang relawan juga tak kalah menariknya dari organisasi-organisasi yang pernah kulalui sebelumnya. Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) sebagai partner Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang terbentuk di kampung halamanku - Aceh Tamiang sejak Agustus 2017 lalu menjadi wahana baru untukku mengeksplor segala kemampuanku. Selain bisa menambah temen-temen baru as perpanjangan tali silaturahmi, tentunya menjadi ladang untuk menanam kebaikan. Yes?

Well tulisan-tulisan sebelumnya yang ada gambar ACT dan Team, itu juga bahagian perjalanan menuju percepatan untuk menambah amalan kebaikan. Peace! Usia kita yang hanya kurang lebih dari usia Nabi, tak mungkin kita gunakan hanya untuk bersenang-senang ala-ala duniawi, tapi kita kudu membuat resolusi baru setelah Muharam berlalu yakni menjadi pribadi hebat full manfaat. In syaa Allah. Untuk urusan dunia, berjalanlah!. Untuk urusan akhirat, bersegeralah!.
_________

Setelah pidato Donal Trump, 06 Desember 2017 yang secara sepihak menyatakan bahwa “Yerussalem is the capital of Israel”, sontak membuat geram seluruh Muslim maupun non Muslim di dunia. Pernyataan tersebut benar-benar memicu amarah umat Islam di seluruh dunia, khususnya Palestina yang sampai saat ini masih saja merasakan sulitnya hidup di negara sendiri, bersebab benalu yang mencoba menjadi tuan rumah dari inang yang dihinggapinya. Luar biasa pengecut. 

Tak kalah aksi, Erdogan lantas menantang Israel dan menyatakan bahwa Turki tak akan tunduk dengan uang. Hingga saat ini semangat kemanusiaan masih terus membara dan akan terus membara sebagai mana pidato yang pernah disampaikan oleh Ismail Haniyeh bahwa Indonesia harus terus memelihara semangat untuk membela Palestina. 

Dari titik inilah MRI Aceh Tamiang mengawali langkah untuk turun melakukan penggalangan dana. Memang tidak banyak yang bisa kita kumpulkan untuk Palestina, tapi langkah-langkah yang telah kita relakan untuk berpanas-panasan di bawah terik matahari dan tak kalah lagi sikap acuh yang muncul dari masyarakat yang enggan berdonasi membuat kita harus tetap teguh dan berlapang dada sehingga semua waktu yang telah direlakan untuk menggalang dana berbuah ibadah. Kita tak berharap apapun dari semua ini melainkan kebaikan yang akan berbalas kebaikan dari Yang Maha Baik, Allah Swt. Tentunya sebagai pemberat amalan ibadah ketika kita dikumpulkan di padang mahsyar kelak, sementara kita disibukkan untuk mencari amalan-amalan kebaikan. Amalan-amalan ringan seperti inilah yang kita harapkan agar di akhirat kelak menjadi amalan kebaikan yang nyata yang bisa kita bawa ke hadapan-Nya.
__________

Siang itu Kak Nin call me... 
“Ndah, di mana?”
“Bisa ikut galang dana ga?”
“In syaa Allah, bisa kak. Di mana?”
“Kemrata, Aras Sembilan.”
“Ok.”

Satu yang terpikir di benak adalah segera kirim pesan ke grup WhatsApp MRI Aceh Tamiang dan menyampaikan kalau kita butuh team sebagai teman ke kemrata. Tak ada respon. 

“Assalamu’alaikum, Kak Maryam lagi di mana? Yok kita galang dana di kemrata, Aras Sembilan.”
“Emmm... yakin?”
“Yakinlah, kenapa?”
“Nanti kakak kabari.”

Setelah sholat maghrib, kami berangkat ke tempat yang di tuju. Aras sembilan. Jalanan sunyi, sepi, gelap, dan dijejali dengan pepohonan sawit. Menyeramkan. Ow ow ow. Disepanjang perjalanan aku hanya bisa berucap istighfar. Sesekali aku mengajak Kak Maryam bicara. Untuk mengalihkan rasa takut yang  kadang berbisik. Hehe. Tenang saja, kita dalam lindungan Allah, tadinya udah izin ke orang rumah kalau kita mau galang dana. 

Perjalanan tertempuh selama kurang lebih satu jam. 

Sesampainya di tempat kita briefing dan berbagi tugas. 

“Kamu bawa orasi Ndah!”
“Ane?”
“Iya, siapa lagi?”
“Noh ada Ila, Kak Raudha, Kak Jannah.”
“Udah, ente saja!”

Tak menunggu lama kita dipersilahkan panitia kemrata untuk tampil membawakan orasi tentang Palestina. Duh, tadinya sih sakit perut. Sontak sakit perutnya hilang akibat diminta nampil jadi orator malam-malam diantara ramainya peserta kemrata yang terdiri dari adik-adik SD, SMP, dan SMA disertai masyarakat setempat yang ikut hadir karena bertepatan malam api unggun. Luar biasa.

Bla bla bla... Takbir!!!

Nasyid Shotul Harakah semakin membakar semangat. “... Ketika Yahudi-Yahudi membantaimu... merah berkesimbah di tanah airmu, harum mewangi genangan darahmu, membebaskan bumi jihad Palestina...”

Terkadang, kita perlu suatu hal yang bisa menambah atau membakar semangat kita dalam berjihad misalnya. Kita butuh lirik-lirik yang benar-benar memuncakkan ghirah atau semangat membela Palestina menjadi lebih besar. 

Jangan pandang sebelah mata dari aksi turun jalan untuk menggalang dana, pandanglah niat kita yang benar-benar lurus, lillah. Karena Allah.



Tak butuh waktu lama untuk bergerilya mengumpulkan donasi malam itu. 15 menit waktu yang cukup untuk kita melakukan orasi dan penggalangan dana. Setelah selesai kita langsung melakukan hitung cepat dan alhamdulillah donasi kita pada malam 13 Desember 2017 yang bertempat di Kemrata, Aras Sembilan sejumlah Rp. 1.857.000,-

Usai melakukan penggalangan dana kita langsung pulang dan sampai di rumah Kak Maryam dengan selamat pukul 11.00 pm. Kita berempat, aku bareng Kak Maryam dan Kak Raudha bareng Kak Jannah. 
______

Rada serem sebenernya kalau inget-inget track ke Aras Sembilan, bagiku. Tapi bagi Kak Raudhah dan Kak Maryam, ini mah belum ada apa-apanya. Haha. Sepi, sunyi, gelap, dan penuh dengan pohon-ponon sawit yang semakin membuat suasana makin serem. Astaghfirullah... aku hanya bisa istighfar sepanjang perjalanan. Pantaslah Kak Maryam sempat ragu padaku dengan pertanyaannya yang berulang-ulang ... “Yakin dek?” “Yakin dek?” haha ternyata seperti ini. 
Alhamdulillah ala kulli hal. 

Temen perjalanan kali ini, lagi-lagi Kak Maryam dan Kak Raudhah plus Kak Jannah jadi parter perjalanan yang menyenangkan. The best one, Kak Maryam. Thanks banyak-banyak udah ngegoncengin ane yang rada endut. Euuuuhhh... pokokna mah gitu yah. Kak Raudhah, maaf  daku sempet buat ribet perjalanan. 

Satu hal yang akan terus kuingat dari perjalanan ini. "Kita tak pernah tau kalau kita tak pernah mencobanya". Sebab track perjalanan ini memang tak kuketahui sejak semula Kak Nin memintaku untuk datang melakukan penggalangan dana. Aku hanya mengiyakan ajakannya saja, titik. 


Masih ada kisah berikutnya... terus pantengin blog saya yah! In Syaa Allah, tulisan-tulisan ini bisa menambah informasi update untuk kita semua dan memantapkan keyakinan bahwa Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) melakukan tindakan nyata.

Semoga aksi penggalangan dana malam itu juga dapat menumbuhkan rasa cinta di hati anak-anak pramuka pada Palestina. In syaa Allah. 

#LetsUniteForAlQuds
#TolakPernyataanTrump
#PalestinaWillBeFree
#ACT
#MRIAtam

Minggu, 03 Desember 2017

Ma'en-Ma'en Eu Langsa: We're the Team (ACT)



Bismillah
Salam Volunteer.

Masih lanjutan episode yang lalu gaes... Gimana episode sebelumnya? Semoga tetep menginspirasi yak!.

Kali ini kuberi sub title "We're the Team".

Yes, we’re the team. Team penggalangan dana yang tergabung dalam awak kapal ACT yang menampung banyak team relawan diantaranya MRI, KNPI, dan lainnya.  Sukses membelah kerumunan jama'ah Tablig Akbar yang diadakan oleh Pemkot Langsa, 1 Desember 2017 di lapangan Merdeka. Dengan total dana yang terkumpul Rp. 30.130.000,-. Alhamdulillah. 

Di tengah-tengah turunnya rahmat Allah berupa hujan tak menyurutkan semangat team relawan untuk menggalang dana, pun tak menghentikan langkah mereka untuk menebas jalan-jalan sempit sekedar untuk mendekatkan kotak donasi ke jama’ah. Memang hal yang tak mudah, di malam hari untuk mengutip donasi. Lapangan yang becek dan berlumpur, bersempit-sempit ria, sesekali fokus ke ceramah yang disampaikan oleh ustadz Abdul Shomad, dan seringnya gagal fokus karena terhimpit kerumunan jama’ah, namun itu semua menjadi kisah manis setelah getir yang dilalui. 

Bukan tentang sulitnya medan atau gelapnya malam untuk mengutip donasi, tapi rasa kepedulian kita terhadap Muslim yang masih teraniaya membuat kita semakin sadar dan bersyukur bahwa kita masih merdeka. Bebas dari penjajahan secara fisik. Itulah kenapa team relawan terus bergerilya di tengah-tengah hujan yang sesekali reda dan kemudian hujan lagi, menerobos kerumunan jama’ah dan tak luput untuk berucap “Maaf bu, permisi. Donasinya bu..” Sanggup? 

Karena ribuan jama’ah yang hadir jualah yang menyulut semangat sang ustadz untuk tegak  berdiri di atas podium yang atapnya tak menjangkau untuk menaungi beliau dari hujan, sehingga beliau pun memilih berbasah-basah ria  dengan para  jama’ah   di luar tenda, berdiri sambil memegang payung, dan bahkan juga ada yang tetap kokoh menggendong anaknya. 

Aku dan Akmal terjebak padatnya jama'ah Tablig Akbar

Jarakku dengan podium benar-benar jauh. Diawal intruksi korlap mengingatkan "kalau sudah penuh kotak donasinya segera diantar kembali ke posko penghitungan. Agar kita bisa menghitung dengan segera." Namun apa boleh buat, kanan kiri depan dan belakang sesak dengan jama'ah, aku dan Akmal terjebak padatnya jama'ah yang serius mendengar ceramah Ustad Abdul Shomad. Wal hasil kita jadi fokus juga mendengar ceramah beliau.  Alhamdulillah.

Setelah kurang lebih 100 menit ceramah berlangsung, akhirnya ustadz Shomad menutup ceramahnya dengan do'a. Usai do'a jama'ah mulai mencari jalan untuk keluar dari lapangan. Kita berdua pun ikut serta berhamburan, sesekali menyodorkan kotak donasi. 

Sesampainya di luar lokasi, tepatnya di jalan ada bapak-bapak yang meminta tolong untuk dipotoin. Langsung saja kuberikan kotak donasi ke Kak Raudhah, lalu aku memotret bapak-bapak tersebut bersama teman-teman sejawatnya. 

"Donasi untuk apa dek?" Tanyanya.

"Untuk Muslim Rohingya, Pak" jawabku.

Ga berapa lama beliau mengeluarkan isi dari dompetnya. Sedikit melirik, yang kulihat benda kertas itu masih baru dan berwarna merah. Tepat, Rp. 100.000,- mungkin baginya uang sejumlah itu tak berarti, namun bagi Muslim Rohingya? Sangat sangat sangat berarti. 

"Terimakasih bapak, semoga berkah." Ucapku.

Panitia hitung cepat tampak serius, mereka tak ingin silap dalam menghitung donasi yang telah terkumpul.

See, the power of the Team? 

Jumlah relawan yang menginfakkan dirinya untuk ikut terjun mengutip donasi ga banyak, kisaran 30 an relawan. 30 an orang nyemplung diantara ribuan jama'ah. Kebanyang? Heuuuh.

Kelar tugas relawan yang nyemplung ke kerumunan jama'ah. Berikutnya tugas penghitung cepet donasi. Sembari menunggu hasil aku dan teman-teman relawan lainnya saling berkenalan, selebihnya welfian. Hadeuh. 

Sejenak aku menyempatkan untuk mewawancarai Kak Lisda, bliau termasuk relawan yang sangat fokus di bidang kemanusiaan. 

"Bagaimanakah kegiatan penggalangan dana malam ini Kak?"

"Alhamdulillah, pada hari ini, 1 Desember 2017 di event ceramah Ustadz Abdul Shomad di Kota Langsa dalam rangka memperingati maulid nabi Muhammad Saw yang diadakan oleh Pemko Langsa. Alhamdulillah pada hari ini kita berkesempatan bekerja sama dengan Pemko Langsa untuk memanfaatkan event ini dalam rangka kepedulian Muslim Rohingya. Bekerja sama dengan ACT, Pemko Langsa dan seluruh masyarakat yang hadir, alhamdulillah kita dapat melakukan penggalangan dana. Dengan jumlah jama'ah yang diperkirakan lebih dari 5000an memenuhi Kota Langsa di lapangan Merdeka pada hari ini, dan in syaa Allah dana yang terkumpul akan kita salurkan untuk saudara Muslim Rohingya. Alhamdulillah donasi yang terkumpul sejumlah Rp. 30. 130.000,- Semoga donasi ini dapat segera kita salurkan untuk saudara Muslim Rohingya di perbatasan Bangladesh, yang pada hari ini sudah berjumlah 600.000 pengungsi di Bangladesh yang hidup serba kekuranganan. Alhamdulillah pada hari ini Kota Langsa membuktikan kepeduliannya dengan donasi yang terkumpul hari ini. Diharapkan kepedulian ini terus berlanjut sampai Rohingya kembali sejahtera, hidup layak sebagai mana mestinya, karena pada hari ini Rohingya dinobatkan sebagai etnis yang paling teraniaya. Kita, ACT mengajak seluruh masyarakat Indonesia dan seluruh dunia terutama umat Islam untuk membantu saudara Muslim kita di dunia. Mungkin saat ini kita masih fokus pada Muslim Rohingya, tetepi di bumi Syam, juga tengah mempersiapkan diri untuk memasuki musim dingin. Pertahanankan kepedulian masyarakat Indonesia untuk menghangatkan Kemp pengungsian di Palestina dan Suriah. Demikian dari ACT (Aksi Cepat Tanggap) terimakasih."



Kelar tugas kita. Alhamdulillah'ala kulli hal. Semoga hadis yang telah dituturkan oleh Rasulullah Saw yang berbunyi "Seorang mukmin dan mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan" dapat terus diamalkan, dipahami maknanya. Sehingga tak ada lagi perpecahan, karena kita dipertemukan dalam bingkai Iman. Sip? Dengan begitu kita dapat meringankan beban Muslim Rohingya yang sedang bersedih, berduka. 

Usai sudah. Sekitar pukul 11.30 wib kami pulang ke rumah sahabat Kak Raudhah, Kak Maulida. Rumahnya tak jauh dari Kota Langsa, masih disekitarannya. 

Sesampainya di rumah Kak Maulida, kami membersihkan sisa kaos kaki yang basah bersebab beceknya lokasi. Kupandangi telapak kakiku yang pucat, "Beginikah warna kakiku kelak ketika aku wafat?" Bisik hatiku. Sekitar pukul 01.00 wib mataku baru terpejam. Sebelumnya aku berupaya memejamkan mataku yang sebenarnya sudah letih, namun tak bisa kupejamkan. Iyalah pula, temen-temen yang lain masih pada ngobrol, telingaku terlalu aktif. Heuuh. 

Malam semakin larut, dinginnya udara juga semakin kurasakan. Kucoba untuk tak merasakannya dan perlahan kembali kupejamkan mata serta merilekskan seluruh otot-ototku. Tiba-tiba rasa dingin itu hilang. Seseorang datang membawa selimut dan menghilangkan gigil yang kutahan sejak bergerilya mengutip donasi di bawah hujan. 

"Thanks Kak Raudhah" Bisik hatiku. 
__________

Samar-samar suara adzan subuh telah dikumandangkan. Akmal terbangun, dan langsung mengambil wudlu, aku menyusul setelahnya. Usai mengambil wudlu, aku membangunkan yang lain. Di rumah Kak Maulida, hanya akhwat semua, termasuk Akmal. She's a beautiful woman. Kak Maulida hanya tinggal bersama Ibu dan kedua adiknya. 

Usai sholat shubuh, kita beberes selimut tidur dan lanjut membantu Ibunya Kak Maulida meracik sarapan. Hanya ada canda tawa di pagi yang cerah itu. Sabtu pagi. 

Usai sarapan, kami berpamitan dan pulang. 

"Kak Maryam, please kita nyantai aja, no ngebut." Pintaku.

"Ok"

Walaupun ga ngebut, tapi perjalanan menuju rumah Kak Maryam menjadi lebih dekat. Waktu yang tertempuh juga menjadi lebih singkat. Syukur banyak-banyak. 
____________

"Jadi, Ummi belum mandi?" Celetuk Rizki, satu diantara murid yang menggemaskan di Pondok Tahfiz tempatku mengajar.

"Hehe, belom Ki." 

Lah, gimana mau mandi, kita ngejer jam tayang. Langsa - Aceh Tamiang. Bukan sedekat rumah mertua. Eh. Maksudnya bukan sejarak 5 menit. 

Thanks untuk temen-temen ACT dan team. Semoga kita semakin cinta dengan saudara-saudari Muslim di belahan dunia lain yang masih terjajah. Tak luput pula do'a yang akan menguatkan mereka di sana. 

Alhamdulillah, thanks my Lord, Allah Swt. Karena rahmat-Mu, Kau dekatkan aku dengan mereka, para relawan yang tulus ikhlas mencurahkan jiwa raga, harta, tenaga, pikiran yang terus tersita hanya untuk membantu meringankan sedikit dari beban-beban hidup sesama Muslim. 

Hingga aku juga yakin bahwa...
"Al arwahu junuudun mujannadah, famaa ta'arofa minhaa intalafa, wa maa tanaakaro minhaa ikhtalafa."

Ruh-ruh itu ibarat bala tentara, apabila saling mengenal, maka akan rukun. Dan apabila tidak saling mengenal, maka akan berselisih.

Semoga kami dapat terus mempertahankan kepedulian kami dan cinta kami kepada saudara-saudari kami sesama Muslim, karena-Mu. 

Thanks juga buat Kak Maryam, yang udah ngegoncengin ane pulang pergi dengan selamat. 

Alhamdulillah, 2 episode telah selesai kutulis. Semoga menjadi penyebab naiknya batere Iman kita, sehingga bertambahlah rasa cinta kepada-Nya dan Rasul-Nya. Dan hubungan muamalah kita dengan sesama terbina indah dalam rajut Ukhuwah Islamiyyah. 

#SalamVolunteer
#AkuIndonesia
#kitaTeamHebat
#ACT
#Peduli

Sabtu, 02 Desember 2017

Ma'en-Ma'en eu Langsa: eps 1



Bismillah...
Warning!

1. Membaca blog ini akan menambah semangatmu dalam hal-hal positif dan meledakkan balon kemalasanmu disebabkan “mager” yang berkepanjangan.
2. Peace! Jangan baca sampe sampe habis, karena mengakibatkan ketagihan untuk ngebaca tulisan-tulisan selanjutnya. 
3. Ambil secarik kertas, lalu tulislah hal-hal penting yang ada di blog ini

Aku mencoba mengingat-ingat episode kamis malam, jum’at, dan hari ini. Ntah apa yang tersisa di memoriku, mungkin saja getir-getir perjalanan atau malah manisnya takdir yang mendekatkan ruh-ruh kami dalam bingkai Iman.

“Jum’at pagi itu matahari kembali malu-malu untuk menyapa, sehingga sinarnya lebih lembut dari kain sutera. Sisa hujan semalam masih bersambut gerimis yang terus berjatuhan menyentuh bumi, lalu menjadi sedikit lebih deras dan semakin deras.” Ingatku.

“Ah, sudahlah. Jika memang tertakdirkan bagiku berada di sana (Langsa), maka Allah akan tunjukkan jalan kemudahan-Nya.” Bisikku dalam hati.

Hampir putus asa bersebab tak ada respon dari orang-orang yang ada di grup WhatsApp, setelah kuutarakan maksud dan alasanku masih ragu menuliskan nama sebagai panitia penggalangan dana di acara Tabligh Akbar yang diisi oleh Ustadz Abdul Shomad yang bertempat di Langsa. Memang jarak dari rumahku ke Kota Langsa nggak terlalu jauh, namun masih ada sedikit kekhawatiran dalam hati apabila aku menyetir motor sendirian. Sudahlah.

Singkat cerita ada temen yang nawarin pergi bareng, Kak Maryam. Dengan ramahnya ia mengajakku untuk ikut bersama mereka. Akhirnya tepat pukul 15.00 wib, "bismillah tawakkaltu alallah, laa haula wa laa quwwata illabillah" kupacu motorku menuju titik kumpul, rumah Kak  Maryam. Setelah sholat ashar di rumahnya, kami (Aku, Kak Maryam, Kak Raudhah, dan Akmal) menuju lokasi Tabligh Akbar.

Tepat pukul 16.45 wib, kita sampe di lokasi. Briefing dari ACT dan team relawan sekitar 15 sampai 20 menit. Setelah itu bergegas sholat maghrib dilanjut makan malam dan sholat isya.


Briefing time. Uhuk mereka pada focus ngedengerin istruksi dari Kak Lisda ACT.


"Payungnya dari Malaysia kan?" Tebak Kak Raudhah. Thanks sudah meneduhkanku untuk sejenak di bawah payungmu, Ani. 
_____________

Tak butuh waktu lama untuk memenuhi lapangan merdeka Kota Langsa. Tepat setelah sholat isya, masyarakat se Provinsi Aceh sudah memadati lokasi. Sesak, penuh.

Bismillah ...
Kami menyebar ke titik pos sambil membawa kotak sumbangan donasi untuk Muslim Rohingya.

“Rada sempit euy” Teriakku pada Akmal, jika kupelankan suaraku, otomatis Akmal tak akan mendengarnya. Suara sound system terlalu besar, aku tak mampu melawannya. Hihi

“Iya, Ndah.”

“Udah deh, sementara kita di sini dulu ya. Nunggu aba-aba dari korlap, baru kita gerak.” Pintaku padanya.

Sambil mendengarkan pembawa acara membuka acra Tabligh Akbar, beberapa ibu-ibu jama’ah menyodorkan tangannya untuk memberikan donasi. Alhamdulillah. Suasana semakin riuh ketika Ustadz Abdul Shomad memasuki podium. Semua jama’ah berdiri untuk menyaksikan secara langsung bagaimana sosok Ustadz yang lagi viral di YouTube.

“Mb, mb tolong dong yang di depan suruh duduk. Kita ga ngeliat ustadznya nih.” Pinta seorang ibu yang sedikit kecewa karena berada di belakang dan berlalu sambil menyelinap mencari jalan ke arah depan.

“Kami bukan panitia acara bu.” Gumam hatiku. Sudahlah

Ketika diakhir kata sambutan Pak Walkot, team ACT memberikan Plakat kepada bliau sebagai rasa hormat karena telah mengajak serta ACT dan team untuk berpartisipasi dalam acara ini. Di saat itulah kami menyebar untuk menjemput rezeki yang akan diberikan jama’ah Tabligh Akbar untuk Muslim Rohingya. Usai berkeliling, samar-samar aku mendengar Ustadz Shomad sudah memulai ceramahnya. Rada ga fokus diawal-awal, tapi setelah dirasa cukup untuk mengutip donasi, aku mengambil posisi jongkok untuk menetralkan rasa kebas di kaki.  Disaat itulah telingaku mulai fokus mendengarkan point-point penting yang disampaikan Ustadz Shomad.

Jarakku dan beliau cukup jauh, kamera yang sedikit mendekatkannya. 

Ada beberapa point yang dapat kutulis ulang. Ketika Islam datang maka ada hal-hal yang perlu dijaga oleh seorang Muslim yaitu:

1. Kita diperintahkan untuk menjaga Aqidah; menjaga aqidah sangat diperlukan dari hal-hal yang dapat merusaknya. Misalnya, masih percaya dengan hal-hal yang mengandung kesyirikan, paham liberalisme, komunisme, atheisme, dan lain sebagainya. Makanya kita kudu ngaji. “Ngaji” kata ustadz Shomad. Ngaji di sini dimaksudkan selalu melibatkan diri dalam ta’lim rutin, majelis-majelis Ilmu. Gak hanya sekali saja, pas ada event-event besar saja, melainkan rutin.

2. Kita diperintahkan untuk menjaga Diri; menjaga diri dimaksudkan untuk menjaga hati, pikiran, perbuatan. Lengkap. Diri kita. “Jangan biarkan anak-anak perempuan Bapak/Ibu dibawa sama lelaki” Tegas Ustadz Shomad.

3. Kita diperintahkan untuk menjaga kehormatan; sudah barang pasti kita mengerti apa yang dimaksudkan untuk menjaga kehormatan.

4. Kita diperintahkan untuk menjaga harta, dan

5. Kita diperintahkan untuk menjaga keturunan; Untuk para joblowers calon Ibu sholehah, kelak ketika sudah menikah perbanyaklah keturunan. Say No untuk sterilisasi. Jauhkan diri dari KB dan antek-anteknya. Kadang Ibu-Ibu zaman now suka manja, dikit-dikit pengen tutup rahimlah atau yang lebih parah banyak anggapan bahwa anak sedikit aja susah ngurusnya, apalagi anak banyak. Bukankah Rasulullah saw suka dengan ummatnya yang banyak? Nah, jangan pernah mikir untuk KB yah!

Semoga kesulitan² yang dilalui menjadi penyebab mudahnya urusan kita di akhirat

Yap yap kurang lebihnya ada 5 point, mudah-mudahan kena targetnya. Masalah penjelasan, penulis bukan ahlinya.  peace!

Ok, cukup dulu yak. Masih ada cerita selanjutnya. 

Makasih.
Ini kisahku, mana kisahmu?


Senin, 27 November 2017

Dilema kali Kedua

Bismillah...

Banyak hal di dunia ini yang perlu direnungkan. Percakapan antara aku dan kak X tadi sore mengajak pikir dan hatiku berdebat. Wal hasil mataku tak jadi terpejam. Ada hal yang kembali mencuat di benakku.

"Kalau salafi itu kita ambil cara mereka untuk istiqomah dalam beribadah, sedangkan jamaah tarbiyah kita ambil gerak mereka di politiknya." Ucap kak X mencoba menenangkan pertanyaanku. 

"Oh begitu kak, iya bener juga." Aku hanya bisa menganggukkan kepala atas penjelasannya. Padahal aku hanya menanyakan hal yang ga penting-penting banget untuk dijawab. "Kak, Ummu Haifa ta'lim di mana?" Sontak kak X menjawab panjang lebar.
________

Sebelum motor kunyalakan dan kami melaju, sempat katanyakan pada kak X, "Kenapa pake cadar kak?"

"Iya Ndah, soalnya menyesuaikan sama yang lain. Ini juga punya kakaknya Haifa."

"Ouh." Aku cukup mengerti.

Lanjut kunyalakan motor dan kami pun melaju ke rumah yang hendak dituju kak X. Lagi pula kami searah, rumahku tak jauh dari tempat ta'lim tsb. 

Disepanjang perjalan, kami banyak bertukar pikiran, mengkhabarkan pengalaman, dan saling memahami bahwa tak ada yang berbeda dalam berIslam. Hanya saja masing jama'ah memiliki porsi dalam berdakwah, ntah itu lebih ke tauhid, muamalah, politik, dan lain sebagainya. 

Hampir dekat jarak kami dengan rumah yang dituju, tiba-tiba kak x mengajakku untuk ikut ta'lim. Segera kujawab, "Nggak lah kak, lain kali. Ntar ane paling cerah diantara kalian. Ga pake cadar lagi." 

"Ga pa pa lah"

"Cukup ane nganter sampe di sini aja yah!"

_________

Terang saja kepalaku tiba-tiba nyut-nyutan, rupa²nya dia tengah berpikir keras atas pernyataan yang kali kedua kembali menggelisahkan. 

"Kalau di salafi kita ambil cara mereka untuk istiqomah. Misalnya sholat tahajjudnya atau ibadah lainnya. Dan selama kakak ikut ta'lim bareng mereka, kakak ngerasa ilmu yang selama ini kakak ambil di bangku kuliah ternyata ga ada apa-apanya."

Lah, kenapa dengan jama'ah tarbiyah kak? Emangnya kita ga ngikut jejaknya para salafush shalih? Emangnya kader-kader kita pada ga tahajjud ya? Kalau aku boleh komen (kok gitu sih?) 

Dari sekian banyaknya orang-orang yang terbukti harum namanya, senyum yang terkembang diantara balut kain kafan, serta aroma syurga yang lebih dekat sebelum ia dipersilahkan memasuki pintu syurga. Tak cukupkah menjadi teladan bagi kita, sehingga ada celah untuk mengungkapkan bahwa jama'ah itu lebih baik dari sisi ibadahnya. Yoyoh Yusroh. Kelak Aku kah itu?

Mungkin bagiku satu... cukup. Tapi, bagi orang lain belum cukup, mereka harus menambah yang dirasa kurang hingga kepuasan terhadap yang mereka inginkan terpenuhi. Menuntut Ilmu. Dan bagiku? Harusnya aku begitu kan? Juga banyak menimba ilmu dari mana saja. Bukannya mengomentari hal-hal yang tidak perlu dikomentari.

Tidak bermaksud mengunggulkan diri, nggak. Hanya ingin mengajak hati dan pikir berpadu, searah sejalan, sepemikiran.

Akhirnya aku sedikit kalem atas nasihat Ibnu Athaillah, "Ketika telah datang padamu anugerah Ilahiah, maka ia akan merombak berbagai kebiasaanmu. 'Sesungguhnya raja-raja ketika memasuki sebuah kampung, mereka membongkarnya.'"

Harusnya aku lebih mempersiapkan diriku untuk mencari bekal kembali ke hadapan-Nya. Lebih toleran kepada saudara-saudariku yang dalam satu fikrah ataupun yang tidak. Saling mendukung, mencintai, mempererat Ukhuwah Islamiyyah, dan mendoakan. 

Ntahlah dengan aku? Sudah benarkah pemahamanku?
________

Satu hal yang membuatku sedikit tersenyum adalah hal yang kupikirkan sedari perjalananku menuju rumah. Batinku membisik ...

"Kita butuh warna gelap (hitam) untuk mengerti kalau bunga itu indah warnanya, bermacam-macam jenis dan bercorak penuh warna kelopaknya. Mungkin baju yang kukenakan masih dipenuhi warna, tapi entah berikutnya. Hanya ini yang mampu ku beli dan cukup memenuhi kriteria menutup aurat."

Sambil menghela nafas lega. Hujan kembali menemani gulitanya malam. Allahumma shayyiban nafi'an. 



Minggu, 26 November 2017

Kita dan Nenek Tua (Me Time)


Thanks udah melengkapi jemariku, dan membentuk bintang. Semoga kita menjadi bintangnya syurga bersama para syuhada. 

Bismillah...

Tanpa terasa seminggu berlalu lebih cepet dari yang kuduga. Begitu pula kerinduan yang kupupuk untuk terus berhadir di lingkar kecil setiap pekannya. Pertemuan ini yang mampu membuatku mabuk untuk senantiasa hadir, present di sana. Membersamai langkah-langkah orang-orang yang ingin memperbaharui keImanannya, mentajdiidun niyyah (memperbaharui niat), dan mendekat menuju ridha-Nya. Menuju keshalihan.

Ahad, menjadi waktu yang spesial. Hari ini kami pilih untuk duduk sebentar, menyimak ayat-ayat suci yang terlantunkan, menyibak rahasia ayat-ayat kauniyah-Nya, dan mencoba meneladani tauladan kekasih-Nya. 

Kita sadari bahwa untuk duduk sebentar di majelis-majelis yang di dalamnya disebut nama Allah sangat jarang ditongkrongi banyak orang, hanya segelintir orang saja. Kebanyakan di luar sana, orang-orang lebih memilih melewati weekend bareng family, family gathering atau nongkrong bareng kawan-kawan sebaya di warkop. Memang, kita butuh waktu buat ngumpul bareng keluarga, bareng temen-temen, tapi ga semua kita sadar bahwa waktu yang berlalu tanpa terselip di dalamnya hal-hal yang membuat kita semakin deket sama Allah adalah hal yang sia-sia. Kita bebas memilih. 

Chat WhatsApp:

"Rin, hari minggu, jam yang sama yak! Tempatnya nyusul." 
"Kayaknya adek ga bisa kak, mau ngumpul bareng anak-anak pebisnis."
"Ok deh, sukses terus bisnisnya yak! Moga berkah."
"Iya Kaka..."
_________
"Assalamualaikum, Sita..."
"Wa'alaikumussalam, kak"
"Apa kabar dek?"
"Alhamdulillah sehat kak. Kakak sehat?"
"Alhamdulillah, sehat."
"Gimana besok? Bisa ngumpul kah?"
"In syaa Allah kak, tapi ga ada yang nganter"
_________

"Assalamualaikum, dek Zahra."
"Wa'alaikumussalam, kak."
"Gimana besok?"
"Ok, kak."
_________

Ok, bismillah... 
Menyeru seseorang untuk ikut berhadir dalam majelis-majelis Ilmu emang ga bisa sekehendak kita, apalagi memaksa. Sip? Butuh pendekatan yang ga sekedar fisik tapi juga emosionalnya. Ukhuwah Islamiyyah kan ga sekedar kenal seseorang doang, tapi kita diminta untuk mencintainya, mengingat-ingatnya dalam do'a. Begitulah yang Rasulullah Saw lakukan di sepertiga malam-malam yang dilaluinya, mendoakan kita, ummatnya. Hmm 

Di Mesjid At-Takwa, bernaungkan awan mendung dan bercahayakan sisa teriknya matahari yang tertutup kepulan awan mendung, kita meregangkan ruas-ruas rusuk, mengibaskan badan dari polusi, menutup hati dari unsur duniawi untuk sejenak tunduk mendekat pada Ilahi. Rabb semesta ini.

Ga banyak yang bisa ku_sharingkan pada mereka. Rina, Zahra, dan Luthfi. Tapi, semoga membekas dan menembus putihnya hati. Karena untuk istiqomah duduk melingkar, membaca sedikit ayat-ayat dari kitab-Nya, bersholawat pada nabi-Nya teramat susah. Menjadi ummat akhir zaman di zaman edan, kita bisa saja tergerus arus atau malah jungkir balik dilanda badai ke-Barat-baratan. Kita butuh temen-temen yang bisa dijadikan sahabat se_dunia dan se_syurga. 

Story WhatsApp
*Siapa kita ngaku² sholeh atau sholehah?*

Nah, itu tuh yang harus diperhatikan. Berhati-hati pada amal shalih yang telah kita lakukan. Kita sebagai penyeru as da'i ga bisa ngeklaim bahwa kita lebih sholeh/ah dari orang lain. Bisa jadi kan, orang lain yang kita anggap biasa-biasa aja, amal sholihnya ga keliatan di mata kita, ternyata lebih dicintai-Nya. So, cuma Allah yang bisa kasih klaim bahwa si fulan atau fulanah itu adalah hamba yang shiddiq, benar di mata Allah, ia telah sukses meraih ridha-Nya.

Well, siang itu berlalu syahdu, bukan karena mendungnya siang melainkan hadir sosok nenek tua renta yang masih saja mengais sampah untuk keberlangsungan hidupnya. Aku tak seberapa paham dengan bahasanya. Tapi, sedikit yang kupahami ketika ia bersandar sejenak pada tiang pelataran mesjid dan menghampiri kami adalah ia mengeluhkan pundaknya yang sedang sakit dan tak lama kemudian ia berlalu. 

Sungguh, entah bagaimana menggambarkan rasa iba yang seketika menyesakkan dadaku, gemetar jemariku dan kelu lidahku. Tak mungkin kualirkan bening-bening air mataku di hadapan mereka. Teman-teman se_dunia dan se_syurga. Namun, satu hal yang kami sadari adalah Ketika kita melihat hidup kita susah, lihatlah orang-orang di bawah kita yang lebih susah. Kita, pulang sekolah, nasi udah tersedia di meja makan. Sedangkan si nenek tua renta itu, mungkin saja ia belum makan. Terbayangkah? 

Yup, skip dulu sedihnya. 

Usai materi yang langsung Allah ajarkan pada kami melalui nenek tua itu, menyudahi pertemuan singkat kami.

"Rin, ke mana habis ini?"
Rina menggelengkan kepalanya dan sesaat kemudian 
"Ke taman yok kak!"

Cus...
Kerena udah melakukan kebaikan, yuk kita beri reward untuk kedua mata, menikmati alam sekitar.

Jepret...
Zahra... Plis lihat ke kamera! Haha

Dan menjemput senja bersamu lebih mendebarkan ketimbang duduk² santai di rumah. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih bersyukur atas segala nikmat-nikmat-Nya. Bersyukur karena telah Allah pertemukan dalam ketaatan pada-Nya. Semoga lelah-lehahnya terbayar dengan kebaikan dari-Nya yang tak hingga. Jazakumullah khairan katsiran. 

Jika tak kau temui aku kelak di syurga, mintalah pada Allah agar aku membersamaimu di syurga.

Di bawah selimut malam, 26 November 2017

Rabu, 22 November 2017

Student Zaman Now: 2

🌹🌹🌹

Assalamualaikum... akhwaters jombloo fisabilillah eh maksudnya teh *Akhwaters, calon istri sholehah*. 😄

_Alhamdulillah'ala kulli hal_

Sebagai makhluk tentu kita harus tunduk pada dzat yang mencipta alam semesta dan seisinya. Sebagai hamba tentu kita harus senantiasa merasa rendah di hadapan-Nya, entah itu saat kita duduk, berdiri, atau saat kita bersujud sebagai tanda betapa tak ada yang lebih tinggi kedudukan sesuatu itu melainkan Dia saja, Allah swt., dan sebagai ummat yang selalu dirindukan oleh kekasih-Nya, senantiasa lah kita berucap sholawat.

Well, rasa²nya sudah lama sekali ga ngebagiin corat-coret hikmah atau sesuatu yang bisa nyemangati kita semua. Beruntungnya malam lalu ada yang _request_ kamut or kata m ~o~ utivasi. Dek @Nurlaila kalau kata pak Jhon " _you best_". 😁 Jazakillah khair yak, sudah ngingetin.

Ok, kita lanjut yah.
Masih ada yg inget step awal buat _student zaman now_ sukses dunia akhirat?

Yup, _step one_... *No kata mengeluh*. (Penjabarannya kan sudah ada yak) tinggal _scroll up_ biar kebaca lagi atau di _star_ aja biar ga ilang tulisan² pentingnya.

Next step is...
🙈🙉
Ciluk baaa

*Memesrakan hati dengan-Nya*
Ehem... 👍
Apaan tu kak?
Gini nih maksudnya...

Sebagai ABG (anak baru ngerasa gede) ✌hati kita sering kali terombang-ambing, kayak kapal gitu. 😁 Pas badai datang tu kapal guncang banget, si Nahkoda pun ngerasa risau, takut kalau² kapalnya bakal tenggelam. Karam. 🛶 Di saat² seperti itu tuh, kita ngerasa butuh seseorang yang bisa nolongin kita. Tapi, rupa²nya ga ada yg mau nolongin kita. (Ya iyalah, namanya juga lagi di tengah samudera, jombloo lagi) 😁.

Skip sebentar ceritanya.

Godaan pas masa²nya ABG tuh ga ketolong deh. Luar biasa. Emosi acapkali naik dan turun, bentar² pengen marah, bentar² pengen maki², bentar² pengen ngebully, bentar² pengen senyum, nangis tiba² sampe buat temen sebangku merasakan macam² prasangka. Bisa jadi habis diputusin si doi (anak² sanlat mah ga gitu kan ya?) atau karena lainnya. Status² ala² kids zaman now pun tak kalah saing dengan selebgram. 😂 (Saya juga doyan buat status euy)

Ok, back to the Nahkoda dan Kapalnya. 😁

Disaat² panik, takut, cemas, khawatir, de el el. Kita tentu akan tersadar bahwa kita butuh pertolongan. Mungkin aja badai tugas² sekolah yang menumpuk², kegiatan ekstra kurikuler yang buat ~ingus~ keringet meler 😪 (pramuka or something like that lah pokokna mah), temen² yg ga sehati (sejalan secara pemikirannya ataupun hatinya). Itu semua masih secuil contoh kecil dr badai sesungguhnya yang lebih besar daya hantamnya. Tapi, walaupun masih secuil, kayaknya udah fix buat kamu gagal fokus alias butuh mineral water. Sehingga dr kegagalan fokus itu muncullah status "Hayati lelah, bang." 😁

Hati itu dibaratkan awak kapal dan Nahkodanya adalah Kita.
Oleh karenanya...

Demikian di tuliskan oleh Salim A Fillah bahwa *hati itu memiliki makna _taqallaba_, bergoyah-gayih, berbolak-balik, berombang-ambing*.

Jadi, tugas kita sedini mungkin adalah menjadi Nahkoda bagi hati kita itu sendiri, mengemudikannya agar selamat, tanpa cacat. Karena perjalanan hidup kita terlalu singkat, sementara pintu mungil kematian kita siap menyapa, memeluk mesra ruh² kita setiap saat. Kita mungkin tak sengaja lupa akan hal kematian kita, atau malah sengaja melupakannya karena takut akan kematian yang begitu menakutkan. Namun pada hakikatnya bahwa kematian itu hanyalah proses perpindahan dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya yang kekal nan abadi, di sisi Allah, Rabb semesta ini. Seluruhnya kembali.

Sedapat mungkin membelajari hati untuk lebih dekat pada Rabb kita, Allah ta'ala. Setelah berupaya,  berpayah-payah mengurangi keluh-kesah, kini kita akrabkan hati pada dzat yang menciptakannya. Agar dia tak mudah goyah, terus dalam keterpeliharaan-Nya, senantiasa mendapat petunjuk² kebenaran-Nya, terbimbing dalam kasih dan sayang-Nya. Karenanya kita diajarkan untuk mengulang² do'a _*Tsabbit qalbi'ala diinik wa tho'atik*_ dan perbanyak mengingat Allah dengan ucapan yg paling dicintai-Nya sebagai pencipta dari seorang hamba, that is _*astaghfirullah*_.

Ok, sip?
So, kalau lg panik, khawatir, takut, jangan ngeluh dulu. Minta pertolongan ke Allah dulu, baru Allah akan nurunin pasukan langit-Nya untuk meringankan beban kita. Baru deh perjalanan pelayaran kita menuju ridha-Nya terasa nikmat, dekat. Itu semua karena apa? Karena hati kita telah merapat pada-Nya, mesra dengan-Nya. 😉

Ok, cukup dulu Nahkoda dan Kapalnya. Semoga manfaat dan makasih. 😁

To be continue...

#Mentoring
#GaullnyaAnakMuda
#Let'sMove
#PemudaBerkarakter
#SalamLiterasi

Student Zaman Now

🌹🌹🌹

Assalamualaikum... akhwaters jombloo fisabilillah eh maksudnya teh *Akhwaters, calon istri sholehah*. 😄

Salam literasi

Ehem...
Pernah denger dari siapa gitu atau pernah baca dari buku apa gitu _about something that can make your self be a hero?_
Percepatan untuk merubah masa depan agar lebih cerah. Let's see!

_*"Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan*"_ *Imam Syafi'i*

Well, beliau hidup jauh sebelum kita ada, otomatis. Tapi, nasihatnya masih sampai ke zaman now. Cobalah untuk diresapi, apa yang tersirat dari nasihat sang imam untuk generasi now.

Kita mungkin lebih sering ngeluh sama hal² kecil semisal tugas² sekolah yang rada ribet atau malah memang ribet banget. Tiap hari ada aja tugas yang dibagi² sama  sang guru (jangan berharap diberi jawabannya) 😅. Tapi, ketahuilah bahwa semua proses akan bermuara pada tempatnya, bahasa arabnya teh _maqam_. Kita ingin beramal kudu harus ada ilmu. Jadi, ilmu kita itulah yang akan menghantarkan derajat kita baik di sisi Allah atau pun manusia. Yang jelas kita selalu berharap bahwa kita tetep pengen dianggap hamba yang _shiddiq_, benar di mata Allah.

So, tahap pertama yang kudu dilewati adalah ... Taraaaa...
👉Buang jauh² setiap kata yang bermakna mengeluh. For eg: "Ish ibu ni lah tugas² aja pun, ga bisa apa ga pake tugas? 😡" Diapun merasa iritasi sama si bu guru atau pak guru alias ga pengen ngeliat si bu guru atau pak guru, ngegaruk² kepala yang ga gatel, bermuka masam malah lebih masam dari jeruk nipis, wah pokokna mah segala reaksi bakal timbul dari wajah² siswa yang juga gak sengaja doyan ngebully gurunya sendiri. _Astaghfirullah..._

Tahap ke 2 InsyaAllah menyusul... ✌

So gaes, akhwaters... jombloo fisabilillah eh 🙊, semoga senantiasa dalam keberkahan umurnya, semoga ke depannya kita terus perbaiki niat buat belajar yak!

No mengeluh dalam menuntut Ilmu, kalau kata kak Nin mah... *Usaha teh ga bakal menghianati hasil*

To be continue...

#Mentoring
#GaullnyaAnakMuda
#Let'sMove
#PemudaBerkarakter
#SalamLiterasi

Sabtu, 28 Oktober 2017

Merajut Ukhuwah di Tanah Rencong

Bismillahirrahmanirrahim

Entah harus dengan apa aku kan meluahkan getar-getar persaudaraan as Ukhuwah yang beberapa waktu lalu kami dipertemukan dalam kegiatan tahunan Sanlat (Pesantren Kilat). Pesantren Kilat yang biasa diadakan saat bulan Ramadhan tiba. Sekolah-sekolah di sekitar Aceh Tamiang dari SD hingga SMA biasa mengadakan Pesantren Kilat untuk siswa-siswinya. 

Setelah Ramadhan lalu kami dipertemukan oleh Allah, rasanya ga cukup kalau hanya menyambung tali silaturahmi via chat, WhatsApp atau BBM. Dan rindu itu tumbuh begitu saja. Entahlah, seperti ketika Pak Tani menyemai benih, maka sejak saat itu Pak Tani rindu akan tumbuh besarnya benih yang disemai. Pak Tani akan berusa merawat, menjaga benih yang telah disemainya. Dan rindu untuk menjalin persaudaraan juga demikian. Aku ingin terus berdekatan dengan mereka-mereka yang karena Allah kami telah dipertemukan. 

Setelah melalui obrolan yang cukup lama dan panjang, akhirnya aku dan beberapa teman instruktur Sanlat memutuskan untuk kembali membuat pertemuan selanjutnya. Sebutlah ini Meet and Greet. Ahaha meski ga ada artis koreanya. Tapi menurutku ini lebih dari sekedar kunjungan artis korea yang buat baper para Fansnya. Menyedihkan. Why? Karena baper yang ga pada tempatnya.



Berharap seluruh peserta akhwat dari Sanlat bisa berhadir, namun yang memiliki ketetapan adalah Dia yang menentukan. Awalnya aku terlebih dahulu sampai di tempat dan ga berapa lama kemudian disusul oleh dek Nana dan temennya. Alhamdulillah. Ga jadi jomblo di tempat yang banyak banget muda mudi yang pada punya gandengannya sendiri. :) Kan berasa gimana gitu yah? Jomblo, nunggu di bawah pohon rindang, nungguin kabar “OTW kak”. Sabar. Ga lama kemudian juga tampak dari kejauhan akhwat pake kaca mata yang sudah kukenal betul siapa dia. Kak Kim. Haha namanya udah kayak artis korea mana gitu pake “Kim” ternyata ujung-ujungnya ada tambahan kata Nining, jadilah Kim Nining. Jangan-jangan perpaduan antara korea dan jawa. :) Semenit kemudian dek Rina menyusul.

Nah, dirasa cukup untuk nunggu yang lain maka kami segera melangkah ke tempat berteduh yang bisa meredakan nyeri akibat nunggu kawan. :) Kenapa menunggu kawan yang ga muncul-muncul itu menyebalkan, tapi menunggu jodoh kudu penuh kesabaran? In syaa Allah, nunggu kawan juga akan berpahala kalau diiringi dengan dzikir dalam hati. Dari pada ngomel-ngomel ga karuan, mending dzikiran kan? 




 

Ga lama kami duduk dan ngobrol-ngobrol ringan muncul sosok dari kejauhan ... who is she?




Ini nih, yang paling semangat di grup WhatsApp buat ketemu. Si Tiva. Ala ala lah yah. Semangatnya luar biasa. :)



Karena dari awal kita punya agenda "NGAOS" as Ngaji on the street. Asiik kan? So, kita awali dengan ngaji dulu. Biasanya anak-anak muda kurang perhatian sama al-Qur’an, hehe. Sampe-sampe mereka mereka ilang ingatan kalau ditanya ini bacanya gimana? Mudah-mudahan pemuda-pemudi Sanlat pada perhatian sama al-Qur’an, sering ngaji, dan ngamalin isinya.




Dan ga ada perkataan yang lebih mulia dari al-Qur’an. Melihatnya saja berpahala, membaca satu huruf dari al-Qur’an terhitung 10 kebaikan, apalagi kita mengamalkan isinya yang menjadi pedoman, petunjuk hidup bagi kita. Menjadi penyembuh dari rasa yang menggalaukan. Pas hadir di pesta pernikahan temen hati pun berdesir “Ya Rabb masih jomblo nih? Kapan nih si Abang datang melamar?”. Pas di timing-timing begitu tuh, cepet-cepet baca Qur’an biar hati kita tenang.




Ademan mana? Pertama, kalau ngeliat temen-temen kita lagi baca Qur’an, Kedua, temen-temen yang demen banget megang hape sampe ketawa-ketiwi sendiri sampe ga nerge temen di sebelahnya lagi curhat, Atau yang ketiga, ngeliat muda mudi yang sering mojok di tempat sepi atau terang-terangan? Pilihan di tangan Anda. Peace! 

Of course gaes, lebih nenangin pilihan pertama. That’s why kita disuruh buat baca Qur’an. Biar hari-hari yang terlewati ga melulu dengan dunia. Sebab Qur’an juga akan datang menjadi syafaat bagi kita kelak di akhirat. Kita masih muda, kaya enggak (uang saku masih di kasih bapak), sedekah jarang, sholat 5 waktu masih berantakan, lah gimana mau selamat pas di titian shirat? Banyak ngegame lupa sholat, dipanggil emak buat beli sembako malah nolak “ntar napa mak”, disuruh ngaji malah dolan (ngobrol sama kawan-kawan). Heuuuh... Astaghfirullah... penulis juga sedang mengenang kenakalan di masa kanak-kanak yang tak jarang membuat hati Ibu terluka.


“Surat Ar-Rahman yah” Pintaku pada yang lain.

“Ok” masing-masing mereka membuka Qur’an 


Kita pun saling melantunkan bacaan Qur’an di senja itu, diiringi hembusan bayu yang sesekali berhembus di sela-sela kami. Ah begitu syahdu. Seakan langit tersenyum dan lalu mendoakan kami yang sedang tertunduk menatap Qur’an yang penuh hikmah. Jika dapat kudengar bisik sang angin, mungkin dia akan berkata “teruskan lantunan ayat suci itu!”.


Maka... “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?” berkumpul bersama teman-teman yang ingin menuju kebaikan adalah hal termanis yang pernah kurasakan. Sebab mereka tak akan mencelaku karena kekuranganku, sebab mereka tak akan menghinakanku karena kebodohanku, tak akan. Sebab kita sama-sama ingin terus belajar untuk menjadi lebih baik. Dan dalam proses menuju kebaikan itu kita akan terus bergandengan, berpegangan tangan, sehingga apabila ada dari satu diantara kita yang terjatuh, maka tangan kita akan segera terhulur untuk menolongnya. Bukankah seharusnya demikian?


Usai NGAOS dan diisi dengan Kultum, kita lanjut ke Rujak Party. Well yummy. Tapi ada sedikit kisah lucu karena miskom (mis komunikasi). Haha. 


“Dek, beli buah Pepaya, Nanas, dan Jambu yah!” Pintaku pada dek Rama. Pagi itu posisiku sedang tak di rumah.

“Tapi kayaknya adek ga datang kak, mau nemenin mamak kondangan”

“Udah deh datang yah, kakak bawa kamera loh, ntar nyesel karena ga masuk di kamera kakak yang ngehits, ntar tu poto-poto mau gue masukin ke blog.” Desakku pada dek Rama.

“Tengok nanti ya kak.”

Chat terputus.



Well di tempat, kak Kim sudah ready dengan bumbu rujak hight class. Tapi, si buah tak kunjung datang. Aku meminta semua temen-temen untuk nelphon dek Rama. Akhirnya telpon tersambung. Saking miskomnya nih dek Rama datang dari atas bukit ke tengah-tengah lapangan golf bersama kereta yang dinaikinya itu. Hahaha. Ribut aja tuh kondisinya, susah nyeritainnya euy. hahaha

Pas di buka isi kresek hitam yang di bawa dek Rama, taraaa Pepaya doang euy. Lah pesanan saya ke mana buuk? Pepaya, Nanas, dan Jambu? Yah pokokna mah gitu ya. Asik aja, walaupuun cuma pepaya.



Mau ga mau, enak ga enak, Pepaya tetap jadi idola kita senja ini.



Jangan gagal fokus yah! Apalagi pas ujian mapel MTK, Kimia, Fisika. Kalau salah rumus Anda ga bisa ponten 100. Haha... makanya kalau mau ngopek cukup kopekannya di dalam brain aja, kan ga ketauan yah. Duh, gue banget tuh suka ngopek. :) parah...




Nah gini nih kalau fokus. Kelihatan bening. Fokus sama lembar kehidupan kita aja, jangan sampe sibuk sama urusan orang lain. Terus perbaiki kekurangan dalam diri kita dan kurangi kebiasaan mencari-cari kekurangan orang lain. Makna hijrah kan berproses gaes. Ga ujug-ujug jadi sholehah banget. Semua berproses. Bahkan sahabat Rasulullah Saw sekalipun. Mereka hebat karena di tempa mentalnya sama Allah tapi tetep dikuatin sama guru terbaik sepanjang zaman, Rasulullah Saw. Pas kejadian perang Badar misalnya. Para sahabat di uji berkali-kali mentalnya sama Allah. Sehingga akhirnya setelah perang Badar lahirlah sahabat-sahabat yang luar biasa. Itu cerita sahabat, lah kita? Hehe jadi step by step gaes. 


Oke, tak perlu banyak kata, rujak pepaya ludes sudah. 


“Tau kak hikmahnya apa?” ucap dek Rama

“Apa dek?”

“Seandainya saja tadi ada buah-buahan yang lengkap di hadapan kita, maka mungkin saja pepaya ini tersisihkan dari pandangan kita. Jadi, biarkan sore ini, pepaya ini menjadi bintangnya rujak party.”

“Mantap jiwa... jangankan pepaya yang telah Allah takdirkan untuk kita santap bersama dek, daun-daun yang berguguran saja telah Allah tuliskan dalam Lauh Mahfudz.” Sahutku. :)

Alhamdulillah, pertemuan yang luar biasa. Dek Nana, Yulia, Rina, Tiva, Kak Kim, Kak Maryam, dek Rama dan saya. Semoga ke depan semakin erat tali silaturahmi diantara kita dan anak-anak sanlat yang lain yang berhalangan hadir juga yak. Melangkah bersama, hijrah.




See! The colors of us. Kita meriah banget lah. Meriah dengan segala perbedaan kita tapi tetap bersatu dalam bingkai keImanan. Bukankah kita membutuhkan warna-warna dalam hidup untuk menikmati keindahan yang telah dilukiskan oleh-Nya? Jadi hidup ga flat-flat bangetlah.



Dan setiap kita adalah tokoh, pemeran dalam dunia ini. Peran mana yang mau kita pilih? Antagonis atau Protagonis?



Cita-cita kita, harapan-harapan kita harus diiringi dengan usaha yang luar biasa. Jatuh, bangkit lagi. Jatuh lagi, bangkit lagi. Sehingga manisnya akan kita rasakan nanti dan akan kita ceritakan kelak pas duduk-duduk sambil ngeteh di teras rumah ngobrol bareng anak-anak... :) anak-anak ngaji. :) ngobrol bareng suami dan anak-anak juga boleh. :)


*dan penulis hanya butuh rekahan senyum dari mereka untuk melukiskan kisah selanjutnya.


Dan jejakku masih abu-abu, karena pengakhiran hidupku masih tersembunyi di sisi-Nya. Entah pengakhiran yang seperti apa kelak. Tapi jujur dalam dasar jiwa, semoga pengakhiran yang terindah. Bersama para syuhada. :)