Jumat, 30 Desember 2016

Coban Rais (Jalan-Jalan Dulu, Revisian Belakangan)

Trinong... trinong (Pesan whatsApp masuk)

T: "Ndaaah"
I: "Opo?"
T: "Hiahhh..."
T: "Ke mana kita besok?"
I: "Haha... ke mana ente mau?"
T: "Malah ketawa dia..."
I: "List aja."
T: "Coban Rais yuk!, tapi awak pake Bus Ndah... Ga bawa kereta, afwan ya."
T: "Cuma list doank??"
I: "Lagi gak pengen ke mana-mana. Soalnya lagi revisian. haha... ane mau cepat pulang."
T: Sad. :(
I: "Ngeganggu aja ni bocah." Bisik hati.

Kamis berlalu di depan laptop bareng adek-an kosan. Tami. Nonton. Dua hari ke Perpus, cari bahan buat revisian menyebabkan mata menjadi berat. Seperti digandolin pake batu bata yang diikat pada sisi bulu mata bagian bawah. Ayayayai.

Tok tok tok ...
"Assalamu'alaikum."
Tok tok tok ...
"Assalamu'alaikum."

"Siapalah maghrib-maghrib bertamu. Kali aja tamunya Ibu kos." Aku melanjutkan tilawah Qur'an.

Beberapa detik kemudian, dek Fitri masuk ke kamar. "Mb... Mb... ada tamu, cari mb."
"Hah... siapa?"
Segera aku keluar kamar dan mendapati seseorang yang baru saja siang tadi nge-chat melalui whatsApp. Tika. She's my friend from Surabaya.

"Ya Rabb... Bah. Jadi anti tadi itu lagi di perjalanan?"
"Hahaha... terus?"
"Ane gak nyambung. Ane kira anti kasih kabar hoax. Gak jelas mau ke Malangnya." euhhh
"Ke mana besok?"
"Google please!"

Tak berlama-lama, setelah sholah shubuh, beberes kamar, merapihkan diri, motor rentalan nyampe.
Bismillahi tawakkaltu 'alallahi laahaula wa laa quwwata illa billah.

Di perjalanan nyetel google web. Nyantai.
"Nah... ternyata lebih dekat dari kosan. Emang strategis kosan ane bah."
"Iya, bener."

Sesampainya di Coban Rais, Bapak-Bapak penjaga tiket masuk nyamperin.
"Tiketnya Mb. 2 x Rp. 10.000,- = Rp. 20.000,-
"Oke, Pak."

 (Tiket untuk berdua)
Setelah mendapatkan tiket, kita lanjut mengikuti petunjuk jalan. Hemmm... Olahraga pagi ini namanya. Menyusuri jalan setapak. Hamdalah cuaca mendung-mendung mesra. Rintik-rintik menggigit kulit. Halah...

Pernah kepengen sih ke Coban Rais. View-nya lumayan. Tapi, gak terlalu menjadi target yang bener-bener harus di turuti untuk sampai ke tempat ini. Yah... ala kulli hal. Sampai juga. :)

Spot pertama yang menyapa para pengunjung adalah "Ayunan: Hamkok" Gak tau arti "Hamkok" itu apa, yang penting ayunan ajah. Ayunan di tepi jurang. Haha sayangnya gak sempat nyicipi wahana ini. Sempat turun ke spot-nya, tapi karena antrian puaaanjang, lanjut deh ke spot berikutnya. Yap yap yap... jinjing rok, ayunkan langkah. Taaarik nafas panjang-panjang, biar sip sip sip ok.
Spot ini yang bikin banyak pasangan pada nemplok kayak perangkoh. Haha untungnya aku masih jomblo. Jadi, gak pegang-pegang tangan dan gak dipegang-pegang tangannye. Maapin yak, buat para pemuda yang lagi pacaran, mending sebelum ke tempat ini di halal-in dulu dah status di KTP-nya. Kata Baby Tatan mah "Sip sip sip... Ok". :)

Di spot ini, I just wanna say, "I miss you, Mom." Semoga engkau selalu dalam kasih dan sayang-Nya, berada di tempat yang indah bersama orang-orang yang diridhai-Nya.

Lanjut spot berikutnya. "Om Tiket Om" Haaaiiiaaahh... Tiket oh tiket. Di spot ini ada beberapa titik yang bisa di nikmati keindahannya. Pertama, Flower Garden, kedua, I Love You, Love, dan Pinus. Tiap-tiap spot merogoh kocek Rp. 10.000,- kalau bawa kamera DSLR + Rp. 15.000, action camera + Rp. 10.000,- yang gratis kamera Hp. Hahaha

Yuk naik tangga lagi. Hidup itu pasti selalu ada ujiannya, terus setelah ujian kalau lulus... ya naik tingkat. Sama banget kayak kamu yang pengen ke ini tempat harus kuat-kuat tenaga, kuat-kuat kocek kantongnya, dan kuat-kuat niatnya. Hihi gak nyambuh ah. Sebelum lihat view Flower garden, naik tangga dulu intinya. Peace!

"Ndah, berkabut - mendung lagi, coba lihat awan yang seakan-akan memisahkan sinar matahari di sebelah sana."
"Iya ane tau."
"Ihhh..."
"Tau gak, sama seperti kita. Mendung yang bergulung di hatimu terkadang membuat jarak diantara kita."

Hemmm... Bagiku, mau mendung - mau cerah, hari-hari terasa indah kalau hati dipenuhi cinta kepada-Nya. So... Perjalanan akan berbuah ibadah. In syaa Allah.

MasyaAllah. Begitu Indah alam Indonesia-ku. Di tempat setinggi ini, masih ada ciptaan Allah yang begitu luar biasa. Gradasi warna bunganya, beuuuhhh. Subhanallah. Pada kelopak bunga terisi warna kemerah-merahan, pada bagian pinggir disentuh kekuning-kuningan. Hemmm...

Nah, ternyata di balik keindahan bunga ini ada tangan-tangan halus yang merawatnya. Beberapa Ibu-Ibu, mungkin warga sekitar yang melakukan pekerjaan ini. Dari tangan halusnya, ia merawat bunga. Sama seperti kamu, aku, kita semua terlahir dari rahim sosok wanita mulia yang dengan tangan lembutnya merawat kita dengan segenap kasih dan sayangnya.

Indah bukan? Wanita juga begitu, indah. Apa kamu mau kalau keindahanmu dinikmati orang yang tidak halal bagimu? :) Meskipun bunga ini tidak terlalu dilirik oleh kebanyak orang, tapi jika diamati secara detail, ternyata... hasil jepretanku ok juga kan? :)

 MasyaAllah.

Sosok itu yang menumbuhkan bunga-bunga indah di pundak pegunungan ini. Mungkin selama ini kita hanya bisa menjeprat-jepret keindahan bunga-nya saja, tanpa bertanya siapakah yang merawat bunga-bunga ini sehingga tumbuh subur dan bemekaran dengan begitu indahnya? Sosok itulah yang dengan lihai menyemai benih-benih bunga, merawat, menyirami, dan menjaga agar tak tercampur dengan rerumput liar.

 Wah... have a nice week end, guys. :)

Ini ni, sosok yang berbaju kuning. Tetiba ngetok-ngetok pintu dan aku terkaget-kaget melihatnya. Kukira bliau masih di Surabaya, eh ternyata nongol di kosan-ku sekelibat mata. Haha

Heemmm... OOTD (outfit of the day) sudah kupilih mengenakan baju olahraga dan sepatu kets kece. well... sesampainya di Flower Garden hujan turun dengan derasnya. Allahumma shoyyiban nafi'an. Sepatu putih yang kukenakan habis sudah berselimut lumpur. Well kalau naik-naik gunung pake sendal gunung saja, lebih aman. :)


Alhamdulillah, week end Desember ini... amazing. Tapi, sebenarnya hatiku resah. Aku bersyukur masih bisa menikmati alam yang begitu indah ini, tapi... saudara-saudariku yang ada di Palestina, Suriah, dan Rohingya, saat ini masih merasakan pedihnya terjajah oleh sesamanya. Ntah bagaimana aku mampu menyuarakan jerit batin mereka yang tak terdengar oleh manusia-manusia yang hanya hidup untuk memenuhi kepentingan dunia tanpa melirik sedikitpun untuk mengulurkan tangan-tangan halus mereka untuk sekedar menyeka air mata mereka.

Setidaknya jika tidak bisa membantu dengan materi, bantulah mereka dengan doa-doa yang membumbung ke langit-Nya agar tumpahlah doa-doa yang mendung menjadi ijabah bagi bangsa yang masih terjajah sehingga mereka terbebas dari rasa kesedihan yang semakin hari semakin bertambah.

Ya Rabb... tolonglah mujahid-mujahidah yang ada di Palestina, Ya Rabb tolonglah mujahid-mujahidah yang ada di Suriah, Ya Rabb tolonglah mujahid-mujahidah yang ada di Rohingya. Persatukanlah kekuatan umat Islam untuk menegakkan kalimat tauhid di atas muka bumi ini, dan hinakanlah orang-orang yang merasa berkuasa atas bumi ini. :(

Batu, 30 Desember 2016

Rabu, 28 Desember 2016

Masih tentang Ayah

Apakah kau mulai ragu untuk mengungkapkan hal yang merundung, menggelisahkanmu kepadaku?
Jika, "Ia" menjadi jawabanmu, menjauhlah dariku.
Carilah hal yang dapat menjawab segala keluh - kesahmu, carilah ke mana pun kau mau dan bahkan sampai pada ujung dunia yang tempat kau berpijak saat ini
Kau tak akan mampu melegakan nafasmu. Malah nafasmu akan semakin tersengal karena langkah yang tak beraturan sengaja kau tapakkan melewati deduri jalanan.

"Satu. Kembalilah kepada Tuhanmu. Jika ragu turut andil dalam setiap keputusan-keputusanmu." Dengarkan aku.

Bersediakah kau menemaniku mendulang rindu pada kekasih sejatiku? Dialah lelaki yang kumiliki saat ini. Satu-satunya kunci syurga. Kita, akan berasama mewarnai langit dengan suka - duka - canda - tawa. Mengurai mendung agar menjadi butir - butir tasbih di penghujung senja, usia kita.


Sabtu, 03 Desember 2016

Ukhuwah Fillah

Ada kata yang terkadang tak mampu kuutarakan.
Jika dapat kutitip pada hujan,
izinkan lisan ini mengalirkan sejuta maaf.

Pada kisah yang mungkin telah digariskan oleh Tuhan,
sugguh kedua tanganku tak mampu menahan
dan tak bisa aku menolak.

Diam, menjadi bahasa terakhir ketika kata-kata bersembunyi untuk menenangkan gejolak di jiwa.
Ah... Aku yakin kau baik-baik saja.
Tuhan kita telah mengetahui semua.
Aku tak bermaksud menyakiti, dan
Kau tak akan terlukai.

Ingatkah bahwa semua kembali pada-Nya?
Langkah-langkah itu telah menjadi saksi
Maka kuharap engkau tetap meridhai.

Duhai engkau yang telah masuk ke dalam hati
Namamu kian terpatri dalam memori
Hingga aku tak sanggup melihatmu terlukai
Namun, aku juga tidak berdaya,
saat Tuhan menguji persaudaraan kita

Hanya harap yang dapat kulambungkan setinggi langit
Semoga ukhuwah kita tetap abadi.
Merebakkan aroma syurgawi.

Batu, Lisan yang kerdil

Selasa, 29 November 2016

I'm Nothing

I'm Nothing

Setelah Tuan tau, apa yang akan Tuan lakukan?
Meremat hatiku yang rapuh?
Tak perlu Tuan kotori bersihnya telapak tangan
Tak perlu.

Aku pun risih
Pada temu yang tak diharap
Pada raga entah mungkin tak berjiwa
Atau malah bujuk rayunya
Sihir panah menusuk, melupa rasa

Enggan! Nuraniku enggan
Bukan hanya sepasang mata
Menatap, curiga
Melirik, penuh tanda tanya
Enggan, pada siapa?

Sudah.
Izinkan jelaga meredam rasa
Meski pekat telah dirasa
Pedar, hambar tertumpah ke dasar jiwa
Berteman imaji, mengobati luka

Hamba sadar.
Tak mengelak jika tersalah
Mulut pun tak mampu berkilah
Diam, menanti keputusan
Jika Tuhan tak ridha
Hamba, terima

Hamba, bukanlah siapa-siapa
Hanya pengemis di tepi jalan raya
Entah siapa merasa lba
Melihat diri bergumul dosa
Berharap pada Tuhan Yang Esa

Tanpa-Mu, aku bukan siapa-siapa.




Sabtu, 26 November 2016

Buah yang Menyenangkan

Catatan Senja: Buah yang Menyenangkan (Birrul Walidain)

Aku sudah berupaya untuk mempercepat putaran roda motor yang berdenyit-denyit setelah siang tadi mendadak kempes. Kulit luarnya tampak lebam-lebam karena terus tergesek aspal hitam yang panas kala matahari sedang terik-teriknya. “Kasian motor Obeng” (teman satu kontrakan) gumamku dalam hati. Tapi, tak mengapa dan semoga menjadi amal jariyah baginya dan saksi bisu di yaumil akhir kelak, bahwa motor kesayangannya telah banyak menolong teman-teman kontrakannya. Khususnya untuk berkelana mencari keridhaan Allah SWT.

Setelah sampai di sebuah Masjid bernama Masjid al-Ghiffary, kuparkirkan motorku tepat di sudut di bawah pohon pinus yang masih tampak belia. Haha. Tak kulihat satupun motor terparkir di sekitar halaman Masjid. Langsung kulangkahkan kaki masuk area Masjid dan menaiki anak tangga menuju lantai 2 Masjid.

Terdengar suara yang tak asing bagiku, suara seorang Ustadzah dari Libya dan seorang ustadzah yang setia mendampinginya sekaligus menjadi penerjemah bagi pendengar-pendengar kajian senja ini. Ustadzah Jumanah namanya, beliau berasal dari Libya dengan bahasa arab fushah yang gampang dicerna oleh pendengar. (ditujukan bagi yang bisa bahasa Arab). Sementara aku sendiri, terbengong kala ustdzah Jumanah melafadzkan butir-butir hikmahnya. Setelah beralih pada ustadzah Maya yang dengan senyuman khasnya mencoba meramu bahasa Arab menjadi bahasa Indonesia, mengalirkan dengan lembutnya mutiara-mutiara hikmah yang menjedar-jederkan hatiku. Ah, meskipun terlambat kurang lebih 30 menit, namun aku masih bisa mendapatkan inti dari pembahasan. In syaa Allah kurang lebih seperti di bawah ini:

~~~~~~~~~
Tadinya sempat menulis beberapa kata dalam sebuah group WA, lantas menghilang entah ke mana. Ya sudah akhirnya, jemari ini gatal hendak menunaikan hajatnya memencet tombol-tombol hitam bertuliskan A, B, C, sampai Z. Taraaa... ini yang sejak di perjalanan hendak kutunaikan.
Setelah mendengar beberapa kalimat yang terucap dari Ustadzah Maya bahwa “... jangan sampai kita mengucapkan “Ah” pada kedua orangtua. Ah it’s mean membantah.”
Dugaanku ustadzah sedang membuka ta’lim dengan membongkah kedalaman satu ayat dari surat al-Isra: 23.

Artinya: Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Bersabdalah Rasulullah dalam sebuah hadis yang berbunyi: “Barang siapa yang ingin diberkahi rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka berbuat baiklah kepada kedua orangtua.”

Ibda’. Mencari cara untuk berbuat baik pada kedua orangtua. Berusahalah agar terus membuat kedua orangtua kita mengembangkan senyumnya di hari-hari tuanya. Bersebab keridhaan Allah adalah keridhaan mereka juga. Kemurkaan Allah adalah kemurkaan mereka. Maka tidak salah jika ada seorang anak yang dikatakan bandelnya naudzubillah, bersebab orangtuanya pernah keceplosan memarahi anak. Mungkin tampak sepele kalau orangtua memarahi anaknya, tapi... harus di garis bawahi bahwa ketika orangtua sedang marah atau murka kepada anaknya, maka kemarahannya sedang naik ke atas langit dan bahkan bisa sampai ke sisi Allah. Kemudian apa yang terjadi jika kemarahan seorang Ibu telah sampai ke sisi Allah? Yang akan terjadi adalah Allah tidak menurunkan keberkahan-Nya kepada si anak. Malah yang terjadi adalah anak akan semakin membandal tidak karuan.

Bunda! kesabaran Bundalah yang sebenarnya harus lebih di perpanjang masanya. Bersebab kesabaran bunda maka terlahirlah buah hati yang membahagiakan. Bersebab kesabaran Bundalah hadir tokoh-tokoh Muslim yang membuka gerbang cakrawala dunia. Para ulama yang terlahir dari rahim yang suci dan mulia. Ya, kesabaran bunda yang tiada pernah habis masa aktifnya.

Dikisahkan pula oleh Ustadzah Jumanah tentang para ulama yang begitu memuliakan Ibu dan Ayahnya. Seperti kisah Abdullah Ibn Abbas yang saat itu hendak meminang seorang wanita namun pinangannya ditolak lantas wanita tersebut menerima pinangan pria lain. Akhirnya ntah bersebab apa si pria pilihannya malah membunuh wanita pinangannya. Akhirnya dengan bercucuran air mata si pria mendatangi Abdullah Ibn Abbas dan mengatakan padanya, “Aku telah membunuh wanita tunanganku dan bagaimana caranya aku menebus dosaku.” Lalu Abdullah Ibn Abbas menjawab, “Kamu masih memiliki Ibu?” “Ibu sudah tiada.” Lanjut Abdullah Ibnu Abbas berkata bahwa “Jika Ibumu talah tiada, maka bertobatlah.”

Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Abdullah Ibn Abbas adalah “Ibumu masih ada?” itu merupakan suatu hal yang jika dimaknai maka dengan berbuat baik kepada Ibu dapat menebus dosa-dosa si pria. Wallahu a’lam.

Kemudian ada seorang ulama juga yang sama berbudi dan penuh kasih pada Ayahnya. Ulama tersebut bersama Ayahnya sedang mendekam di penjara bersebab suatu hal. Kondisi Ayahnya sedang tak memungkinkan untuk menyentuh air dingin, walupun hanya sekedar untuk berwudlu. Akhirnya ulama tersebut menghangatkan air yang dingin dengan sebuah alat penghangat dan Ayahnya dapat berwudlu juga. Sipir yang melihat hal itu berang dan langsung mengambil alat penghangat tersebut. Whoaaa... kejam! Tak kehilangan akal, ulama tersebut mencoba mendekatkan air yang ada dalam wadah ke arah lampu. Berharap cahaya lampu dapat menghangatkan air yang ada di wadah sehingga Ayahnya dapat berwudlu ketika subuh tiba. Sipir yang mondar mandir di luar penjara kembali berang melihat yang dilakukan sang ulama. Si sipir masuk lalu mengambil sumber pencahayaan tersebut hingga ruang penjara gelap. Argggghhh... penulis geram menceritakan si Sipir.

Lanjut.
Ulama tersebut mencari cara, tak henti-hentinya berupaya agar Ayahnya tetap dapat berwudlu dengan air hangat. Kembali berusaha mendekap air yang berada dalam wadah. Ia benar-benar berharap agar air yang didekapnya dalam semalam dapat menjadi hangat. Sad stories. :( hiks...
Betapa ulama terdahulu benar-benar menghayati makna “Tidak akan masuk syurga orang-orang yang tidak berbuat baik pada kedua orangtuanya.” Masya Allah. Mereka begitu ta’zim kepada Ibu dan Ayahnya. Berupaya dengan segala cara untuk membahagiakan kedua orangtuanya dan berbicara dengan lembutnya. Subhanallah.

Barangkali kita bisa mengambil hikmah yang luar biasa dari para ulama-ulama terdahulu bahwa mereka begitu memuliakan Ibu dan Ayahnya. Wajar saja jika ada ungkapan bahwa “Perbuatan kita kepada orangtua akan berbanding lurus dengan perbuatan anak kita kepada kita.” Jadi, apa-apa yang kita lakukan hari ini pada kedua orangtua kita, dampaknya akan kita rasakan kelak ketika kita memiliki seorang anak. Mereka akan memperlakukan hal-hal yang pernah kita lakukan dahulu pada Ibu dan Ayah. Oleh karenanya, menjaga akhlak kita kepada kedua orangtua menjadi pagar agar anak-anak kita kelak juga menjaga akhlaknya pada kita.

Yup... para Ulama sangat mengetahui bahwa pintu syurga akan terbuka dengan cara berbuat baik pada kedua orangtua. Jika ingin melihat wajah Allah di syurga, carilah cara untuk berbuat baik kepada Ibu dan Ayah. Bukankah kenikmatan kita sebagai seorang Mukmin adalah ketika melihat wajah Allah di syurga. Rabbana. :(

Masih terbengong-bengong, manggut-manggut mendengarkan Ustadzah Jumanah. Bersebab bahasa Arab bukan bahasa pertama yang kulafadzah ketika lidahku mampu menyebutkan A-I-U-E-O atau mungkin “MAMA” itulah kata pertama bukan UMMI. insyaAllah bersegera mempelajarinya. Peace! :(

Terkisahlah pada suatu hari seorang Ibu meminta anaknya yang asyik berselancar pada gelombang-gelombang ilmu, menghabiskan waktu dengan tumpukan-tumpukan buku, untuk memberikan makan ayam peliharaan mereka. “Nak, tolong berikan makan ayam-ayam di kandang!” pinta Ibu. Si anak menutup buku dan beranjak mengambil makanan ayam lalu ditaburkannya ke tanah agar dapat dilahap ayam-ayam peliharaan mereka. Siapakah si anak? Ibnu Sirrin. Muhammad Ibnu Sirrin. Beliau ahli Fiqih terkenal di masanya. Subhanallah.

Jika bercermin pada kisah-kisah ulama terdahulu, bagaimana mereka tunduk dan patuh pada perintah orantua, malu rasanya. Polah anak sekarang sungguh terlalu. Jika diminta orangtua mengambilkan ini dan itu, kemungkinan si anak akan berkata “ish... aku teruslah yang disuruh. Kakak atau abang kenapa loh Mak.” Tragis. Tidak memungkiri bahwa penulis juga pernah menunda-nunda permintaan Ibu, dulu. Astaghfirullah.

Silahkan menyimpulkan, memaknai arti “Ibu dan Ayah” bagimu. :)

Pernah terbayang nggak kalau kita sedang menanam pohon buah mangga atau buah lainnya. Bayangin sekarang deh! Kalau kita lagi nanam pohon anggur. Yang paling ditunggu apa? Buahnya kan? Nah... hubungannya apa? Hubungannya tentu ada lah. Gini nih! Ayah dan Ibu, apa yang paling mereka nanti-nanti? Buah hati. Iyup tepat sekali. Kita, kita adalah buah hati mereka, Ayah dan Ibu. Ibu, ia meneteskan air mata kebahagiaan saat menggendong kita untuk pertama kalinya. Tepat setelah kita terlahir dari rahimnya. Segala perih, pedih, bahkan saat-saat melahirkan adalah saat-saat di mana seorang Ibu dalam kondisi hidup dan mati. Kebayang gak kalau kita di posisi Ibu saat meregang nyawa? Semua itu terbayar pada isyarat tetesan air matanya dengan simpul senyum di wajahnya. “alhamdulillah kamu telah lahir dengan selamat sayang, buah hati Ibu dan Ayah.”

Kita adalah buah yang dinanti Ibu dan Ayah. Yang dinanti-nanti dalam kesabaran yang begitu panjang dan kelelahan yang bertambah. Kitalah yang menjadikan sama binar-binar mata Ibu dan Ayah saat melihat kita.

Yuk! Berupaya dengan segala cara untuk membahagiakan Ibu dan Ayah, baik dalam keadaan berpunya dan belum berpunya. Agar apa? Agar rona merah jambu selalu menghiasi kedua pipi Ibu dan Ayah. ( Agar keridhaan Allah selalu menghiasi derap langkah kita, sehingga rahmat dan kasih sayang-Nya terlimpah pada kita karena Ibu dan Ayah telah meridhai kita.
~~~~~~~
Nah, gak berasa bengong-bengong terlalui sudah. Alhamdulillah bengong-bengong berkah. Masih ada penerjemah (Ustadzah Maya) yang membongkar rahasia curahan hati ustadzah Jumanah. Aku pulang dengan hati lega. Ketika menuruni anak tangga, spechless... wow ternyata parkiran berada di belakang Masjid. Hadeuuh. “Eh... si bapak ngapain tuh?” bapak-bapak yang bekerja merapihkan mobil-mobil yang sedang parkir sedang memindahkan motorku lebih dekat ke pagar Masjid. :( maaf Pak.

Senja berakhir di Masjid Al-Ghiffary, Malang. Beberapa menit kemudian kumandang adzan bersahut-sahutan memanggil jiwa-jiwa yang tenang agar bersegera menemui Tuhannya. Alhamdulillah. :)

Batu, 26 November 2016

Minggu, 24 Juli 2016

Perlahan atau Tidak Sama Sekali

Seorang akhwat berbisik padaku, ketika kami berdua hendak melaksanakan sholat Maghrib berjama'ah.

U. P: "... uhm... doakan ane ukht, semoga ketika balik ke kampung halaman ana tetap Istiqomah."
U. I: "InsyaAllah. Kita saling mendoakan yak! HIJRAH itu dilakukan secara perlahan, tetapi mantap, daripada tidak sama sekali."

________________

Tahukah kau wahai sahabat? di dunia ini tidak ada yang lebih baik dari seorang sahabat yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Saling berlomba-lomba dalam menggapai keridhaan menuju ketakwaan. Sebagaimana dikutip Hamka, "keutamaan itu ialah membiasakan berbuat BAIK" (Aristoteles). Dalam al-Qur'an terlebih dahulu melukiskan bagaimana manusia itu, yaitu bahwa manusia itu dalam keadaan kerugian kecuali "Mereka saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran." (al-Asr:1-3)

Betapa indahnya hidup apabila kita dapat memberikan sedikit saja cahaya kita kepada orang lain. Tidak ada salahnya berbagi cahaya. Toh cahaya itu adalah pemberian Allah kepada kita, agar kita memberikannya juga kepada orang lain. Berbagi pemberian nikmat bukan untuk menikmatinya secara sendiri saja.




Senin, 27 Juni 2016

KT. Epi. 2 "Perjalanan Merenda Iman"

Pagi, cinta
Kudekap embunan sejuk dalam secarik lamunan
Kubungkus karena sejuknya tak berkehabisan
Sisa tenaga semalam masih bisa kugunakan
Sedikit saja berbagi dalam telaga kedamaian

🌾🌾🌾kepompong tarbiyah

Ketika cahaya-cahaya menyilaukan itu di padamkan, seluruh ruangan menjadi temaram. Kebetulan aku berada pada saf pertengahan, paling kanan dari sisi Imam dibariasan jama'ah perempuan.
Seluruh jama'ah merapatkan barisan dalam gelap
Kulirik semua jama'ah telah bersedekap, aku menyusul mengangkat kedua tanganku, berserah pada Sang Pemilik hening malam.

Baru saja Imam melantunkan beberapa baris ayat-ayat dari al-Qur'an di tengah heningnya malam, suara tangis bayi memecah keping kekhusyu'an. Dari sudut kiri terlintas bayang seorang Ibu menunduk dan mengangkat bayinya. Aku berusaha memusatkan perhatianku pada bacaan ayat al-Qur'an yang dilantunkan sang Imam.

Tp... kenapa hatiku malah berdesir? "Tuh lihat! Perjuangan ibu yang ingin bermesra dengan Tuhannya. Harus berdiri menggendong bayi, rukuk dan sujudnya dalam keadaan kepayahan karena harus menenangkan si buah hati yang berada dalam dekapan."

Pandanganku mengabur, hatiku bergemuruh. Akhirnya, aku merasakan ada yang hangat melewati kedua pipiku. Melipir dan terjatuh ke mukena.

"Rabbana... ingin aku menjumpai-Mu dalam khusyu', mesra setiap waktu, selamanya. Menghamba dalam keadaan senang dan susah."

______
Episode ini adalah satu diantara episode yang Allah suguhkan. Mungkin banyak diantaranya yang tidak menghirukan, tapi... bagiku ini sebuah tamparan.

@setelah qiyamul lail dan ta'lim yang disampaikan seorang kandidat Doktor UIN MALIKI usai seluruh jama'ah mengantri.

Coba tebak buat ngantri apaan?

Nah... itu bener. 🍜🍜🍜Sahur Gratis
Disela-sela mengantri ada pemandangan aneh lagi. MasyaAllah. Tadi malam seperti kado terindah deh.

Tebak ane ketemu siapa?

Ane ketemu anak kecil. Kecil banget. Lagi ngantri. Masih terus ane amati dan perlahan ane memanggil namanya. "Fariin."
Si anak kecil menoleh dan benarlah ternyata itu si Farin.

Masih ingat kan yak? Noh anak kecil yang ikutan ngafal Qur'an bareng kite-kite. Hihi ada yang dari usianya kecil banget sampe yang usianya guedeee banget. Kayak ane. #ups 😶 keceplosan

Wah...
Akhirnya ane sapa si Farin. Ia datang i'tikaf bersama Ibunya.

The end? I think... not yet. Coz Allah still have so much great story to us.

Saat sahur bareng hatiku kembali berbisik. "Rabb... dari kepayahan si Ibu tadi dan Farin yang ikut i'tikaf bareng Ibunya, menjadi pelajaran berharga untukku subuh ini dan selamanya. Bahwa kelak ketika aku melahirkan anak, maka sedini mungkin ku ajak dia untuk memuliakan Masjid. I'm promise."


🌾🌾🌾KT_Indah

To all
Ana uhibbukunnafillah. 😊 SeMiQu: Hamilal Qur'an

Minggu, 26 Juni 2016

Kepompong Tarbiyah Ep. 1

Cinta, selamat menikmati babak final ini
10 hari terakhir di bulan yang diberkahi
10 hari terakhir memaksimalkan ibadah
10 hari terakhir kau harus peroleh gelar 'hamba takwa'

Cinta, tahukah kau apa yang ingin kuurai?
Semalam jemariku sempat kaku
Mendadak pilu seluruh getar-getar jiwaku
Denyut nadi tak hentinya menahan haru
Jiwaku, seketika tertawan
Dan dosa-dosaku seakan terhamparkan
Tepat. Tepat di hadapanku.

Aku hanya mampu menunduk, memohon ampun
Meratapi duniaku yang dulu kelam, berbalut lumpur
Kotor dan menjijikkan
Jangankan kau, aku sendiri saja enggan berteman dengan diriku sendiri
Entahlah... aku hanya bisa pasrah dan berserah
Pasrah dengan sebenar-benar pasrah
Berserah atas segala ketentuan-Nya

Lamat-lamat duniaku beralih
Secebis cahaya datang merengkuh jiwa
Gigil jiwa melepas jubah dosa
Pantaskah aku duduk bersama kalian?
Bening-bening yang melipir ke sudut mata, tertumpah
Aku, mengaku berdosa
Aku ikut mau-Mu, Rabbana

Aku bukanlah dari keluarga ahlus sunnah
Ilmu Agama hanya kudapati dari guru madrasah
Mengaji juga masih terbata-bata
Tapi, aku tetap mensyukurinya
Yang kuingat adalah tidak ada kata terlambat
Memaksakan lidahku untuk terus melafadzkan kalam-kalam-Nya
Menghapalkan beberapa surat pendek darinya (al-Qur'an)
Hingga aku terbiasa dan perlahan lidahku meliuk-liuk
Hanyut, melantunkan deret huruf-huruf hijaiyah yang berbuah pahala

Satu per satu titik cahaya menuntun jalan hidupku
Hingga aku dipertemukan pada sebuah persimpangan
Memilihnya, jalan keshalihan
Atau menurutinya, jalan yang tak kuketahui kesudahannya
Kini, aku hanya bisa meyakininya
Bahwa inilah jalan pilihan
Jalannya para pejuang
Jalan yang dirintis oleh Rasul qudwah alam

Menjadi ‘kepompong tarbiyah’
Itulah yang kurasa
Inilah perjalanan ‘kupu-kupu tarbiyah’
Jiwa-jiwa mereka ditempa dan raga mereka merenda rasa

Cinta, kuucap mesra padamu karena kutahu kau punya cinta yang sama pada-Nya
“Ana uhibbukumfillah”
Kita dipertemukan dan dipersatukan karena-Nya
Simpul-simpul ukhuwah telah terajut, menyatukan derap langkah kita
Bersama, bersama dalam ukhuwah

Sejenak, perih jiwa mengingati dosa sirna
Karena aku yakin, satu diantara kalian adalah orang-orang yang dicintai-Nya
Sehingga doa-doa kalian akan menggiring langkahku
Menuju sinaran kebenaran
Kedamaian dalam nafas Islam

Jazakumullah, karena mau mengenalku dan mencintaiku karena-Nya
Berharap kepingan episode ini tiada terhenti sampai di sini
Melainkan berkekalan hingga ke syurga
Jika kelak kau belum mendapatiku di syurga-Nya
Aku mohon, mintalah pada Rabb kita
Agar kita dipersatukan dalam syurga-Nya
Sebagaimana dahulu ketika di dunia, langkah kita pernah dipersatukan oleh-Nya.


Batu, 27 Juni 2016


 #thanks

Senin, 22 Februari 2016

Kau tahu ke mana harus Bersimpuh


Kau tahu apa yang menyebabkan manusia kehilangan keseimbangan dalam menjalani hidupnya? Kebanyakan manusia hanya menyibukkan dirinya dalam rutinitas duniawi. Mencari dan mencari pangkat. Menumpuk dan menumpuk harta hingga tak berbilang kekayaannya. Ingin terus dipandang sebagai hartawan dan lain sebagainya.

Jangan sampai kita menjadi manusia yang luput dari mensyukuri nikmat-Nya. Setiap hela nafas adalah nikmat. Setiap kedipan mata adalah nikmat. Setiap langkah adalah nikmat. Setiap rasa baik yang dirasakan oleh lidah ataupun hati juga nikmat.

Ketika senang adalah bentuk nikmat, maka ingatlah pada dzat yang memberikan nikmat. Ketika sulit menerpa-nerpa juga harus bersabar dan bertawakkal, semoga kesedihan yang dilalui dengan kesabaran akan berbuah kenikmatan.

Hidup ini singkat guys! Kalau ndak dinikmati senikmat mungkin, bisa saja nikmat yang paling nikmat setelah semua nikmat yang telah Tuhan berikan akan sirna. Di atas kenikmatan ada nikmat yang paling nikmat. Itu adalah rahmat-Nya. Syurga-Nya.

Kau tahulah ke mana harus bersimpuh. Tunduk dan sujud di hadapan-Nya. Saat senang dan saat susah.

________

Kau tahu ke mana harus pulang?

Jangan!
jangan kau cari Tuhan saat kau terkapar oleh derita
atau saat panasnya matahari menjilat-jilat ubunmu di kala siang menjelma

Jangan!
jangan kau temui Tuhan karena ada maunya
atau karena kesusahan sedang melanda 

Nikmat dari-Nya lebih banyak dari apa yang kau duga
Dia setia menjaga di saat kau lelap,
Dia kembali menghidupkanmu agar kau mau bersyukur

Hamba itu hidup menerima segala pemberian Tuhannya,
Agar lisan mengucap syukur tak henti-hentinya,
Menengadahkan tangan memohon ampunan-Nya,
Berbaik sangka atas takdir dari-Nya
dan Alam... 
akan setia membentangkan jalan kebaikan untukmu jua

Ah...
Manusia dengan sifatnya,
lalai - alpa
Kadang ingat Tuhannya,
kadang juga lupa
Lebih banyak lupa,
dari mengingat-ingat nikmat pemberian Tuhan-Nya

Wahai Tuhanku...
Aku ini hanya tulang berbalut daging
Berjalan di atas bumi dengan izin-Mu
Lalu aku khianati janjiku pada-Mu,
dulu

Dunia memang indah Tuhanku,
aku mengakui itu
Dunia menyilaukan pandanganku,
aku tergelincir,
rapuh ibadahku
Ingatan-ingatanku hanya tentang dunia dan seisinya

Duh,
Aku... jenuh
Dunia hanya menyuguhkan kesenangan semu,
aku terhunus oleh nafsu
Panah-panah racun merusak jiwa dan ragaku

Aku pasrah pada-Mu
Aku kembali berharap pada-Mu
Engkau benar Tuhanku
Dunia tak menjanjikan apapun untukku
Hanya Engkaulah, kepada-Mulah
Aku bersimpuh.

Batu, 23 Februari 2016
0.50 Am

____________________

My trip in Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah.
Wisata rohani pembangkit semangat, peneguh jiwa sebagai hamba.