Sabtu, 28 Oktober 2017

Merajut Ukhuwah di Tanah Rencong

Bismillahirrahmanirrahim

Entah harus dengan apa aku kan meluahkan getar-getar persaudaraan as Ukhuwah yang beberapa waktu lalu kami dipertemukan dalam kegiatan tahunan Sanlat (Pesantren Kilat). Pesantren Kilat yang biasa diadakan saat bulan Ramadhan tiba. Sekolah-sekolah di sekitar Aceh Tamiang dari SD hingga SMA biasa mengadakan Pesantren Kilat untuk siswa-siswinya. 

Setelah Ramadhan lalu kami dipertemukan oleh Allah, rasanya ga cukup kalau hanya menyambung tali silaturahmi via chat, WhatsApp atau BBM. Dan rindu itu tumbuh begitu saja. Entahlah, seperti ketika Pak Tani menyemai benih, maka sejak saat itu Pak Tani rindu akan tumbuh besarnya benih yang disemai. Pak Tani akan berusa merawat, menjaga benih yang telah disemainya. Dan rindu untuk menjalin persaudaraan juga demikian. Aku ingin terus berdekatan dengan mereka-mereka yang karena Allah kami telah dipertemukan. 

Setelah melalui obrolan yang cukup lama dan panjang, akhirnya aku dan beberapa teman instruktur Sanlat memutuskan untuk kembali membuat pertemuan selanjutnya. Sebutlah ini Meet and Greet. Ahaha meski ga ada artis koreanya. Tapi menurutku ini lebih dari sekedar kunjungan artis korea yang buat baper para Fansnya. Menyedihkan. Why? Karena baper yang ga pada tempatnya.



Berharap seluruh peserta akhwat dari Sanlat bisa berhadir, namun yang memiliki ketetapan adalah Dia yang menentukan. Awalnya aku terlebih dahulu sampai di tempat dan ga berapa lama kemudian disusul oleh dek Nana dan temennya. Alhamdulillah. Ga jadi jomblo di tempat yang banyak banget muda mudi yang pada punya gandengannya sendiri. :) Kan berasa gimana gitu yah? Jomblo, nunggu di bawah pohon rindang, nungguin kabar “OTW kak”. Sabar. Ga lama kemudian juga tampak dari kejauhan akhwat pake kaca mata yang sudah kukenal betul siapa dia. Kak Kim. Haha namanya udah kayak artis korea mana gitu pake “Kim” ternyata ujung-ujungnya ada tambahan kata Nining, jadilah Kim Nining. Jangan-jangan perpaduan antara korea dan jawa. :) Semenit kemudian dek Rina menyusul.

Nah, dirasa cukup untuk nunggu yang lain maka kami segera melangkah ke tempat berteduh yang bisa meredakan nyeri akibat nunggu kawan. :) Kenapa menunggu kawan yang ga muncul-muncul itu menyebalkan, tapi menunggu jodoh kudu penuh kesabaran? In syaa Allah, nunggu kawan juga akan berpahala kalau diiringi dengan dzikir dalam hati. Dari pada ngomel-ngomel ga karuan, mending dzikiran kan? 




 

Ga lama kami duduk dan ngobrol-ngobrol ringan muncul sosok dari kejauhan ... who is she?




Ini nih, yang paling semangat di grup WhatsApp buat ketemu. Si Tiva. Ala ala lah yah. Semangatnya luar biasa. :)



Karena dari awal kita punya agenda "NGAOS" as Ngaji on the street. Asiik kan? So, kita awali dengan ngaji dulu. Biasanya anak-anak muda kurang perhatian sama al-Qur’an, hehe. Sampe-sampe mereka mereka ilang ingatan kalau ditanya ini bacanya gimana? Mudah-mudahan pemuda-pemudi Sanlat pada perhatian sama al-Qur’an, sering ngaji, dan ngamalin isinya.




Dan ga ada perkataan yang lebih mulia dari al-Qur’an. Melihatnya saja berpahala, membaca satu huruf dari al-Qur’an terhitung 10 kebaikan, apalagi kita mengamalkan isinya yang menjadi pedoman, petunjuk hidup bagi kita. Menjadi penyembuh dari rasa yang menggalaukan. Pas hadir di pesta pernikahan temen hati pun berdesir “Ya Rabb masih jomblo nih? Kapan nih si Abang datang melamar?”. Pas di timing-timing begitu tuh, cepet-cepet baca Qur’an biar hati kita tenang.




Ademan mana? Pertama, kalau ngeliat temen-temen kita lagi baca Qur’an, Kedua, temen-temen yang demen banget megang hape sampe ketawa-ketiwi sendiri sampe ga nerge temen di sebelahnya lagi curhat, Atau yang ketiga, ngeliat muda mudi yang sering mojok di tempat sepi atau terang-terangan? Pilihan di tangan Anda. Peace! 

Of course gaes, lebih nenangin pilihan pertama. That’s why kita disuruh buat baca Qur’an. Biar hari-hari yang terlewati ga melulu dengan dunia. Sebab Qur’an juga akan datang menjadi syafaat bagi kita kelak di akhirat. Kita masih muda, kaya enggak (uang saku masih di kasih bapak), sedekah jarang, sholat 5 waktu masih berantakan, lah gimana mau selamat pas di titian shirat? Banyak ngegame lupa sholat, dipanggil emak buat beli sembako malah nolak “ntar napa mak”, disuruh ngaji malah dolan (ngobrol sama kawan-kawan). Heuuuh... Astaghfirullah... penulis juga sedang mengenang kenakalan di masa kanak-kanak yang tak jarang membuat hati Ibu terluka.


“Surat Ar-Rahman yah” Pintaku pada yang lain.

“Ok” masing-masing mereka membuka Qur’an 


Kita pun saling melantunkan bacaan Qur’an di senja itu, diiringi hembusan bayu yang sesekali berhembus di sela-sela kami. Ah begitu syahdu. Seakan langit tersenyum dan lalu mendoakan kami yang sedang tertunduk menatap Qur’an yang penuh hikmah. Jika dapat kudengar bisik sang angin, mungkin dia akan berkata “teruskan lantunan ayat suci itu!”.


Maka... “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?” berkumpul bersama teman-teman yang ingin menuju kebaikan adalah hal termanis yang pernah kurasakan. Sebab mereka tak akan mencelaku karena kekuranganku, sebab mereka tak akan menghinakanku karena kebodohanku, tak akan. Sebab kita sama-sama ingin terus belajar untuk menjadi lebih baik. Dan dalam proses menuju kebaikan itu kita akan terus bergandengan, berpegangan tangan, sehingga apabila ada dari satu diantara kita yang terjatuh, maka tangan kita akan segera terhulur untuk menolongnya. Bukankah seharusnya demikian?


Usai NGAOS dan diisi dengan Kultum, kita lanjut ke Rujak Party. Well yummy. Tapi ada sedikit kisah lucu karena miskom (mis komunikasi). Haha. 


“Dek, beli buah Pepaya, Nanas, dan Jambu yah!” Pintaku pada dek Rama. Pagi itu posisiku sedang tak di rumah.

“Tapi kayaknya adek ga datang kak, mau nemenin mamak kondangan”

“Udah deh datang yah, kakak bawa kamera loh, ntar nyesel karena ga masuk di kamera kakak yang ngehits, ntar tu poto-poto mau gue masukin ke blog.” Desakku pada dek Rama.

“Tengok nanti ya kak.”

Chat terputus.



Well di tempat, kak Kim sudah ready dengan bumbu rujak hight class. Tapi, si buah tak kunjung datang. Aku meminta semua temen-temen untuk nelphon dek Rama. Akhirnya telpon tersambung. Saking miskomnya nih dek Rama datang dari atas bukit ke tengah-tengah lapangan golf bersama kereta yang dinaikinya itu. Hahaha. Ribut aja tuh kondisinya, susah nyeritainnya euy. hahaha

Pas di buka isi kresek hitam yang di bawa dek Rama, taraaa Pepaya doang euy. Lah pesanan saya ke mana buuk? Pepaya, Nanas, dan Jambu? Yah pokokna mah gitu ya. Asik aja, walaupuun cuma pepaya.



Mau ga mau, enak ga enak, Pepaya tetap jadi idola kita senja ini.



Jangan gagal fokus yah! Apalagi pas ujian mapel MTK, Kimia, Fisika. Kalau salah rumus Anda ga bisa ponten 100. Haha... makanya kalau mau ngopek cukup kopekannya di dalam brain aja, kan ga ketauan yah. Duh, gue banget tuh suka ngopek. :) parah...




Nah gini nih kalau fokus. Kelihatan bening. Fokus sama lembar kehidupan kita aja, jangan sampe sibuk sama urusan orang lain. Terus perbaiki kekurangan dalam diri kita dan kurangi kebiasaan mencari-cari kekurangan orang lain. Makna hijrah kan berproses gaes. Ga ujug-ujug jadi sholehah banget. Semua berproses. Bahkan sahabat Rasulullah Saw sekalipun. Mereka hebat karena di tempa mentalnya sama Allah tapi tetep dikuatin sama guru terbaik sepanjang zaman, Rasulullah Saw. Pas kejadian perang Badar misalnya. Para sahabat di uji berkali-kali mentalnya sama Allah. Sehingga akhirnya setelah perang Badar lahirlah sahabat-sahabat yang luar biasa. Itu cerita sahabat, lah kita? Hehe jadi step by step gaes. 


Oke, tak perlu banyak kata, rujak pepaya ludes sudah. 


“Tau kak hikmahnya apa?” ucap dek Rama

“Apa dek?”

“Seandainya saja tadi ada buah-buahan yang lengkap di hadapan kita, maka mungkin saja pepaya ini tersisihkan dari pandangan kita. Jadi, biarkan sore ini, pepaya ini menjadi bintangnya rujak party.”

“Mantap jiwa... jangankan pepaya yang telah Allah takdirkan untuk kita santap bersama dek, daun-daun yang berguguran saja telah Allah tuliskan dalam Lauh Mahfudz.” Sahutku. :)

Alhamdulillah, pertemuan yang luar biasa. Dek Nana, Yulia, Rina, Tiva, Kak Kim, Kak Maryam, dek Rama dan saya. Semoga ke depan semakin erat tali silaturahmi diantara kita dan anak-anak sanlat yang lain yang berhalangan hadir juga yak. Melangkah bersama, hijrah.




See! The colors of us. Kita meriah banget lah. Meriah dengan segala perbedaan kita tapi tetap bersatu dalam bingkai keImanan. Bukankah kita membutuhkan warna-warna dalam hidup untuk menikmati keindahan yang telah dilukiskan oleh-Nya? Jadi hidup ga flat-flat bangetlah.



Dan setiap kita adalah tokoh, pemeran dalam dunia ini. Peran mana yang mau kita pilih? Antagonis atau Protagonis?



Cita-cita kita, harapan-harapan kita harus diiringi dengan usaha yang luar biasa. Jatuh, bangkit lagi. Jatuh lagi, bangkit lagi. Sehingga manisnya akan kita rasakan nanti dan akan kita ceritakan kelak pas duduk-duduk sambil ngeteh di teras rumah ngobrol bareng anak-anak... :) anak-anak ngaji. :) ngobrol bareng suami dan anak-anak juga boleh. :)


*dan penulis hanya butuh rekahan senyum dari mereka untuk melukiskan kisah selanjutnya.


Dan jejakku masih abu-abu, karena pengakhiran hidupku masih tersembunyi di sisi-Nya. Entah pengakhiran yang seperti apa kelak. Tapi jujur dalam dasar jiwa, semoga pengakhiran yang terindah. Bersama para syuhada. :)