Bismillahirrahmanirrahim
Entah harus dengan apa aku kan meluahkan getar-getar persaudaraan
as Ukhuwah yang beberapa waktu lalu kami dipertemukan dalam kegiatan tahunan
Sanlat (Pesantren Kilat). Pesantren Kilat yang biasa diadakan saat bulan
Ramadhan tiba. Sekolah-sekolah di sekitar Aceh Tamiang dari SD hingga SMA biasa
mengadakan Pesantren Kilat untuk siswa-siswinya.
Setelah Ramadhan lalu kami dipertemukan oleh Allah, rasanya ga cukup kalau hanya menyambung tali silaturahmi via chat, WhatsApp atau BBM. Dan rindu itu tumbuh begitu saja. Entahlah, seperti ketika Pak Tani menyemai benih, maka sejak saat itu Pak Tani rindu akan tumbuh besarnya benih yang disemai. Pak Tani akan berusa merawat, menjaga benih yang telah disemainya. Dan rindu untuk menjalin persaudaraan juga demikian. Aku ingin terus berdekatan dengan mereka-mereka yang karena Allah kami telah dipertemukan.
Setelah melalui obrolan yang cukup lama dan panjang, akhirnya aku dan beberapa teman instruktur Sanlat memutuskan untuk kembali membuat pertemuan selanjutnya. Sebutlah ini Meet and Greet. Ahaha meski ga ada artis koreanya. Tapi menurutku ini lebih dari sekedar kunjungan artis korea yang buat baper para Fansnya. Menyedihkan. Why? Karena baper yang ga pada tempatnya.
Setelah Ramadhan lalu kami dipertemukan oleh Allah, rasanya ga cukup kalau hanya menyambung tali silaturahmi via chat, WhatsApp atau BBM. Dan rindu itu tumbuh begitu saja. Entahlah, seperti ketika Pak Tani menyemai benih, maka sejak saat itu Pak Tani rindu akan tumbuh besarnya benih yang disemai. Pak Tani akan berusa merawat, menjaga benih yang telah disemainya. Dan rindu untuk menjalin persaudaraan juga demikian. Aku ingin terus berdekatan dengan mereka-mereka yang karena Allah kami telah dipertemukan.
Setelah melalui obrolan yang cukup lama dan panjang, akhirnya aku dan beberapa teman instruktur Sanlat memutuskan untuk kembali membuat pertemuan selanjutnya. Sebutlah ini Meet and Greet. Ahaha meski ga ada artis koreanya. Tapi menurutku ini lebih dari sekedar kunjungan artis korea yang buat baper para Fansnya. Menyedihkan. Why? Karena baper yang ga pada tempatnya.
Berharap seluruh peserta akhwat dari Sanlat bisa
berhadir, namun yang memiliki ketetapan adalah Dia yang menentukan. Awalnya aku
terlebih dahulu sampai di tempat dan ga berapa lama kemudian disusul oleh dek
Nana dan temennya. Alhamdulillah. Ga jadi jomblo di tempat yang banyak banget
muda mudi yang pada punya gandengannya sendiri. :) Kan berasa gimana gitu
yah? Jomblo, nunggu di bawah pohon rindang, nungguin kabar “OTW kak”. Sabar. Ga
lama kemudian juga tampak dari kejauhan akhwat pake kaca mata yang sudah
kukenal betul siapa dia. Kak Kim. Haha namanya udah kayak artis korea mana gitu
pake “Kim” ternyata ujung-ujungnya ada tambahan kata Nining, jadilah Kim
Nining. Jangan-jangan perpaduan antara korea dan jawa. :) Semenit
kemudian dek Rina menyusul.
Nah, dirasa cukup untuk nunggu yang lain maka
kami segera melangkah ke tempat berteduh yang bisa meredakan nyeri akibat
nunggu kawan. :)
Kenapa menunggu kawan yang ga muncul-muncul itu menyebalkan, tapi menunggu
jodoh kudu penuh kesabaran? In syaa Allah, nunggu kawan juga akan
berpahala kalau diiringi dengan dzikir dalam hati. Dari pada ngomel-ngomel ga
karuan, mending dzikiran kan?
Ga lama kami duduk dan ngobrol-ngobrol ringan
muncul sosok dari kejauhan ... who is she?
Ini nih, yang paling semangat di grup WhatsApp
buat ketemu. Si Tiva. Ala ala lah yah. Semangatnya luar biasa. :)
Karena dari awal kita punya agenda "NGAOS" as
Ngaji on the street. Asiik kan? So, kita awali dengan ngaji dulu. Biasanya
anak-anak muda kurang perhatian sama al-Qur’an, hehe. Sampe-sampe mereka mereka
ilang ingatan kalau ditanya ini bacanya gimana? Mudah-mudahan pemuda-pemudi
Sanlat pada perhatian sama al-Qur’an, sering ngaji, dan ngamalin isinya.
Dan ga ada perkataan yang lebih mulia dari
al-Qur’an. Melihatnya saja berpahala, membaca satu huruf dari al-Qur’an
terhitung 10 kebaikan, apalagi kita mengamalkan isinya yang menjadi pedoman,
petunjuk hidup bagi kita. Menjadi penyembuh dari rasa yang menggalaukan. Pas hadir
di pesta pernikahan temen hati pun berdesir “Ya Rabb masih jomblo nih? Kapan
nih si Abang datang melamar?”. Pas di timing-timing begitu tuh, cepet-cepet
baca Qur’an biar hati kita tenang.
Ademan mana? Pertama, kalau ngeliat temen-temen kita lagi
baca Qur’an, Kedua, temen-temen yang demen banget megang hape sampe
ketawa-ketiwi sendiri sampe ga nerge temen di sebelahnya lagi curhat, Atau yang
ketiga, ngeliat muda mudi yang sering mojok di tempat sepi atau
terang-terangan? Pilihan di tangan Anda. Peace!
Of
course gaes, lebih nenangin pilihan pertama. That’s why kita
disuruh buat baca Qur’an. Biar hari-hari yang terlewati ga melulu dengan dunia.
Sebab Qur’an juga akan datang menjadi syafaat bagi kita kelak di akhirat. Kita
masih muda, kaya enggak (uang saku masih di kasih bapak), sedekah jarang,
sholat 5 waktu masih berantakan, lah gimana mau selamat pas di titian shirat? Banyak
ngegame lupa sholat, dipanggil emak buat beli sembako malah nolak “ntar napa
mak”, disuruh ngaji malah dolan (ngobrol sama kawan-kawan). Heuuuh... Astaghfirullah...
penulis juga sedang mengenang kenakalan di masa kanak-kanak yang tak jarang
membuat hati Ibu terluka.
“Surat Ar-Rahman yah” Pintaku pada yang lain.
“Ok” masing-masing mereka membuka Qur’an
Kita pun saling melantunkan bacaan Qur’an di senja itu, diiringi
hembusan bayu yang sesekali berhembus di sela-sela kami. Ah begitu syahdu.
Seakan langit tersenyum dan lalu mendoakan kami yang sedang tertunduk menatap
Qur’an yang penuh hikmah. Jika dapat kudengar bisik sang angin, mungkin dia
akan berkata “teruskan lantunan ayat suci itu!”.
Maka... “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?”
berkumpul bersama teman-teman yang ingin menuju kebaikan adalah hal termanis
yang pernah kurasakan. Sebab mereka tak akan mencelaku karena kekuranganku, sebab
mereka tak akan menghinakanku karena kebodohanku, tak akan. Sebab kita
sama-sama ingin terus belajar untuk menjadi lebih baik. Dan dalam proses menuju
kebaikan itu kita akan terus bergandengan, berpegangan tangan, sehingga apabila
ada dari satu diantara kita yang terjatuh, maka tangan kita akan segera
terhulur untuk menolongnya. Bukankah seharusnya demikian?
Usai NGAOS dan diisi dengan Kultum, kita lanjut ke Rujak Party.
Well yummy. Tapi ada sedikit kisah lucu karena miskom (mis komunikasi). Haha.
“Dek, beli buah Pepaya, Nanas, dan Jambu yah!” Pintaku pada dek
Rama. Pagi itu posisiku sedang tak di rumah.
“Tapi kayaknya adek ga datang kak, mau nemenin mamak kondangan”
“Udah deh datang yah, kakak bawa kamera loh, ntar nyesel karena ga
masuk di kamera kakak yang ngehits, ntar tu poto-poto mau gue masukin ke blog.”
Desakku pada dek Rama.
“Tengok nanti ya kak.”
Well di tempat, kak Kim sudah ready dengan bumbu
rujak hight class. Tapi, si buah tak kunjung datang. Aku meminta semua
temen-temen untuk nelphon dek Rama. Akhirnya telpon tersambung. Saking
miskomnya nih dek Rama datang dari atas bukit ke tengah-tengah lapangan golf
bersama kereta yang dinaikinya itu. Hahaha. Ribut aja tuh kondisinya, susah
nyeritainnya euy. hahaha
Pas di buka isi kresek hitam yang di bawa dek
Rama, taraaa Pepaya doang euy. Lah pesanan saya ke mana buuk? Pepaya, Nanas,
dan Jambu? Yah pokokna mah gitu ya. Asik aja, walaupuun cuma pepaya.
Mau ga mau, enak ga enak, Pepaya tetap jadi
idola kita senja ini.
Jangan gagal fokus yah! Apalagi pas ujian mapel
MTK, Kimia, Fisika. Kalau salah rumus Anda ga bisa ponten 100. Haha... makanya
kalau mau ngopek cukup kopekannya di dalam brain aja, kan ga ketauan yah. Duh,
gue banget tuh suka ngopek. :) parah...
Nah gini nih kalau fokus. Kelihatan bening. Fokus sama lembar
kehidupan kita aja, jangan sampe sibuk sama urusan orang lain. Terus perbaiki
kekurangan dalam diri kita dan kurangi kebiasaan mencari-cari kekurangan orang
lain. Makna hijrah kan berproses gaes. Ga ujug-ujug jadi sholehah banget. Semua
berproses. Bahkan sahabat Rasulullah Saw sekalipun. Mereka hebat karena di
tempa mentalnya sama Allah tapi tetep dikuatin sama guru terbaik sepanjang
zaman, Rasulullah Saw. Pas kejadian perang Badar misalnya. Para sahabat di uji
berkali-kali mentalnya sama Allah. Sehingga akhirnya setelah perang Badar
lahirlah sahabat-sahabat yang luar biasa. Itu cerita sahabat, lah kita? Hehe
jadi step by step gaes.
Oke, tak perlu banyak kata, rujak pepaya ludes sudah.
“Tau kak hikmahnya apa?” ucap dek Rama
“Apa dek?”
“Seandainya saja tadi ada buah-buahan yang lengkap di hadapan kita,
maka mungkin saja pepaya ini tersisihkan dari pandangan kita. Jadi, biarkan
sore ini, pepaya ini menjadi bintangnya rujak party.”
“Mantap jiwa... jangankan pepaya yang telah Allah takdirkan untuk
kita santap bersama dek, daun-daun yang berguguran saja telah Allah tuliskan
dalam Lauh Mahfudz.” Sahutku. :)
Alhamdulillah,
pertemuan yang luar biasa. Dek Nana, Yulia, Rina, Tiva, Kak Kim, Kak Maryam,
dek Rama dan saya. Semoga ke depan semakin erat tali silaturahmi diantara kita
dan anak-anak sanlat yang lain yang berhalangan hadir juga yak. Melangkah
bersama, hijrah.
See! The colors of us. Kita
meriah banget lah. Meriah dengan segala perbedaan kita tapi tetap bersatu dalam
bingkai keImanan. Bukankah kita membutuhkan warna-warna dalam hidup untuk
menikmati keindahan yang telah dilukiskan oleh-Nya? Jadi hidup ga flat-flat
bangetlah.
Dan setiap kita adalah tokoh, pemeran dalam
dunia ini. Peran mana yang mau kita pilih? Antagonis atau Protagonis?
Cita-cita kita, harapan-harapan kita harus
diiringi dengan usaha yang luar biasa. Jatuh, bangkit lagi. Jatuh lagi, bangkit
lagi. Sehingga manisnya akan kita rasakan nanti dan akan kita ceritakan kelak
pas duduk-duduk sambil ngeteh di teras rumah ngobrol bareng anak-anak... :)
anak-anak ngaji. :) ngobrol bareng suami
dan anak-anak juga boleh. :)
*dan penulis hanya butuh rekahan senyum dari mereka untuk melukiskan kisah selanjutnya.
Dan jejakku masih abu-abu, karena pengakhiran
hidupku masih tersembunyi di sisi-Nya. Entah pengakhiran yang seperti apa
kelak. Tapi jujur dalam dasar jiwa, semoga pengakhiran yang terindah. Bersama
para syuhada. :)