Jumat, 30 Desember 2016

Coban Rais (Jalan-Jalan Dulu, Revisian Belakangan)

Trinong... trinong (Pesan whatsApp masuk)

T: "Ndaaah"
I: "Opo?"
T: "Hiahhh..."
T: "Ke mana kita besok?"
I: "Haha... ke mana ente mau?"
T: "Malah ketawa dia..."
I: "List aja."
T: "Coban Rais yuk!, tapi awak pake Bus Ndah... Ga bawa kereta, afwan ya."
T: "Cuma list doank??"
I: "Lagi gak pengen ke mana-mana. Soalnya lagi revisian. haha... ane mau cepat pulang."
T: Sad. :(
I: "Ngeganggu aja ni bocah." Bisik hati.

Kamis berlalu di depan laptop bareng adek-an kosan. Tami. Nonton. Dua hari ke Perpus, cari bahan buat revisian menyebabkan mata menjadi berat. Seperti digandolin pake batu bata yang diikat pada sisi bulu mata bagian bawah. Ayayayai.

Tok tok tok ...
"Assalamu'alaikum."
Tok tok tok ...
"Assalamu'alaikum."

"Siapalah maghrib-maghrib bertamu. Kali aja tamunya Ibu kos." Aku melanjutkan tilawah Qur'an.

Beberapa detik kemudian, dek Fitri masuk ke kamar. "Mb... Mb... ada tamu, cari mb."
"Hah... siapa?"
Segera aku keluar kamar dan mendapati seseorang yang baru saja siang tadi nge-chat melalui whatsApp. Tika. She's my friend from Surabaya.

"Ya Rabb... Bah. Jadi anti tadi itu lagi di perjalanan?"
"Hahaha... terus?"
"Ane gak nyambung. Ane kira anti kasih kabar hoax. Gak jelas mau ke Malangnya." euhhh
"Ke mana besok?"
"Google please!"

Tak berlama-lama, setelah sholah shubuh, beberes kamar, merapihkan diri, motor rentalan nyampe.
Bismillahi tawakkaltu 'alallahi laahaula wa laa quwwata illa billah.

Di perjalanan nyetel google web. Nyantai.
"Nah... ternyata lebih dekat dari kosan. Emang strategis kosan ane bah."
"Iya, bener."

Sesampainya di Coban Rais, Bapak-Bapak penjaga tiket masuk nyamperin.
"Tiketnya Mb. 2 x Rp. 10.000,- = Rp. 20.000,-
"Oke, Pak."

 (Tiket untuk berdua)
Setelah mendapatkan tiket, kita lanjut mengikuti petunjuk jalan. Hemmm... Olahraga pagi ini namanya. Menyusuri jalan setapak. Hamdalah cuaca mendung-mendung mesra. Rintik-rintik menggigit kulit. Halah...

Pernah kepengen sih ke Coban Rais. View-nya lumayan. Tapi, gak terlalu menjadi target yang bener-bener harus di turuti untuk sampai ke tempat ini. Yah... ala kulli hal. Sampai juga. :)

Spot pertama yang menyapa para pengunjung adalah "Ayunan: Hamkok" Gak tau arti "Hamkok" itu apa, yang penting ayunan ajah. Ayunan di tepi jurang. Haha sayangnya gak sempat nyicipi wahana ini. Sempat turun ke spot-nya, tapi karena antrian puaaanjang, lanjut deh ke spot berikutnya. Yap yap yap... jinjing rok, ayunkan langkah. Taaarik nafas panjang-panjang, biar sip sip sip ok.
Spot ini yang bikin banyak pasangan pada nemplok kayak perangkoh. Haha untungnya aku masih jomblo. Jadi, gak pegang-pegang tangan dan gak dipegang-pegang tangannye. Maapin yak, buat para pemuda yang lagi pacaran, mending sebelum ke tempat ini di halal-in dulu dah status di KTP-nya. Kata Baby Tatan mah "Sip sip sip... Ok". :)

Di spot ini, I just wanna say, "I miss you, Mom." Semoga engkau selalu dalam kasih dan sayang-Nya, berada di tempat yang indah bersama orang-orang yang diridhai-Nya.

Lanjut spot berikutnya. "Om Tiket Om" Haaaiiiaaahh... Tiket oh tiket. Di spot ini ada beberapa titik yang bisa di nikmati keindahannya. Pertama, Flower Garden, kedua, I Love You, Love, dan Pinus. Tiap-tiap spot merogoh kocek Rp. 10.000,- kalau bawa kamera DSLR + Rp. 15.000, action camera + Rp. 10.000,- yang gratis kamera Hp. Hahaha

Yuk naik tangga lagi. Hidup itu pasti selalu ada ujiannya, terus setelah ujian kalau lulus... ya naik tingkat. Sama banget kayak kamu yang pengen ke ini tempat harus kuat-kuat tenaga, kuat-kuat kocek kantongnya, dan kuat-kuat niatnya. Hihi gak nyambuh ah. Sebelum lihat view Flower garden, naik tangga dulu intinya. Peace!

"Ndah, berkabut - mendung lagi, coba lihat awan yang seakan-akan memisahkan sinar matahari di sebelah sana."
"Iya ane tau."
"Ihhh..."
"Tau gak, sama seperti kita. Mendung yang bergulung di hatimu terkadang membuat jarak diantara kita."

Hemmm... Bagiku, mau mendung - mau cerah, hari-hari terasa indah kalau hati dipenuhi cinta kepada-Nya. So... Perjalanan akan berbuah ibadah. In syaa Allah.

MasyaAllah. Begitu Indah alam Indonesia-ku. Di tempat setinggi ini, masih ada ciptaan Allah yang begitu luar biasa. Gradasi warna bunganya, beuuuhhh. Subhanallah. Pada kelopak bunga terisi warna kemerah-merahan, pada bagian pinggir disentuh kekuning-kuningan. Hemmm...

Nah, ternyata di balik keindahan bunga ini ada tangan-tangan halus yang merawatnya. Beberapa Ibu-Ibu, mungkin warga sekitar yang melakukan pekerjaan ini. Dari tangan halusnya, ia merawat bunga. Sama seperti kamu, aku, kita semua terlahir dari rahim sosok wanita mulia yang dengan tangan lembutnya merawat kita dengan segenap kasih dan sayangnya.

Indah bukan? Wanita juga begitu, indah. Apa kamu mau kalau keindahanmu dinikmati orang yang tidak halal bagimu? :) Meskipun bunga ini tidak terlalu dilirik oleh kebanyak orang, tapi jika diamati secara detail, ternyata... hasil jepretanku ok juga kan? :)

 MasyaAllah.

Sosok itu yang menumbuhkan bunga-bunga indah di pundak pegunungan ini. Mungkin selama ini kita hanya bisa menjeprat-jepret keindahan bunga-nya saja, tanpa bertanya siapakah yang merawat bunga-bunga ini sehingga tumbuh subur dan bemekaran dengan begitu indahnya? Sosok itulah yang dengan lihai menyemai benih-benih bunga, merawat, menyirami, dan menjaga agar tak tercampur dengan rerumput liar.

 Wah... have a nice week end, guys. :)

Ini ni, sosok yang berbaju kuning. Tetiba ngetok-ngetok pintu dan aku terkaget-kaget melihatnya. Kukira bliau masih di Surabaya, eh ternyata nongol di kosan-ku sekelibat mata. Haha

Heemmm... OOTD (outfit of the day) sudah kupilih mengenakan baju olahraga dan sepatu kets kece. well... sesampainya di Flower Garden hujan turun dengan derasnya. Allahumma shoyyiban nafi'an. Sepatu putih yang kukenakan habis sudah berselimut lumpur. Well kalau naik-naik gunung pake sendal gunung saja, lebih aman. :)


Alhamdulillah, week end Desember ini... amazing. Tapi, sebenarnya hatiku resah. Aku bersyukur masih bisa menikmati alam yang begitu indah ini, tapi... saudara-saudariku yang ada di Palestina, Suriah, dan Rohingya, saat ini masih merasakan pedihnya terjajah oleh sesamanya. Ntah bagaimana aku mampu menyuarakan jerit batin mereka yang tak terdengar oleh manusia-manusia yang hanya hidup untuk memenuhi kepentingan dunia tanpa melirik sedikitpun untuk mengulurkan tangan-tangan halus mereka untuk sekedar menyeka air mata mereka.

Setidaknya jika tidak bisa membantu dengan materi, bantulah mereka dengan doa-doa yang membumbung ke langit-Nya agar tumpahlah doa-doa yang mendung menjadi ijabah bagi bangsa yang masih terjajah sehingga mereka terbebas dari rasa kesedihan yang semakin hari semakin bertambah.

Ya Rabb... tolonglah mujahid-mujahidah yang ada di Palestina, Ya Rabb tolonglah mujahid-mujahidah yang ada di Suriah, Ya Rabb tolonglah mujahid-mujahidah yang ada di Rohingya. Persatukanlah kekuatan umat Islam untuk menegakkan kalimat tauhid di atas muka bumi ini, dan hinakanlah orang-orang yang merasa berkuasa atas bumi ini. :(

Batu, 30 Desember 2016

Rabu, 28 Desember 2016

Masih tentang Ayah

Apakah kau mulai ragu untuk mengungkapkan hal yang merundung, menggelisahkanmu kepadaku?
Jika, "Ia" menjadi jawabanmu, menjauhlah dariku.
Carilah hal yang dapat menjawab segala keluh - kesahmu, carilah ke mana pun kau mau dan bahkan sampai pada ujung dunia yang tempat kau berpijak saat ini
Kau tak akan mampu melegakan nafasmu. Malah nafasmu akan semakin tersengal karena langkah yang tak beraturan sengaja kau tapakkan melewati deduri jalanan.

"Satu. Kembalilah kepada Tuhanmu. Jika ragu turut andil dalam setiap keputusan-keputusanmu." Dengarkan aku.

Bersediakah kau menemaniku mendulang rindu pada kekasih sejatiku? Dialah lelaki yang kumiliki saat ini. Satu-satunya kunci syurga. Kita, akan berasama mewarnai langit dengan suka - duka - canda - tawa. Mengurai mendung agar menjadi butir - butir tasbih di penghujung senja, usia kita.


Sabtu, 03 Desember 2016

Ukhuwah Fillah

Ada kata yang terkadang tak mampu kuutarakan.
Jika dapat kutitip pada hujan,
izinkan lisan ini mengalirkan sejuta maaf.

Pada kisah yang mungkin telah digariskan oleh Tuhan,
sugguh kedua tanganku tak mampu menahan
dan tak bisa aku menolak.

Diam, menjadi bahasa terakhir ketika kata-kata bersembunyi untuk menenangkan gejolak di jiwa.
Ah... Aku yakin kau baik-baik saja.
Tuhan kita telah mengetahui semua.
Aku tak bermaksud menyakiti, dan
Kau tak akan terlukai.

Ingatkah bahwa semua kembali pada-Nya?
Langkah-langkah itu telah menjadi saksi
Maka kuharap engkau tetap meridhai.

Duhai engkau yang telah masuk ke dalam hati
Namamu kian terpatri dalam memori
Hingga aku tak sanggup melihatmu terlukai
Namun, aku juga tidak berdaya,
saat Tuhan menguji persaudaraan kita

Hanya harap yang dapat kulambungkan setinggi langit
Semoga ukhuwah kita tetap abadi.
Merebakkan aroma syurgawi.

Batu, Lisan yang kerdil