Rabu, 20 Juni 2018

Awal yang Manis (Hijrah)

Bismillah...

Pagi ini kan kusuguhkan secangkir kisah manis perjalananku kemarin. Sebab, tak ada yang lebih manis ketika seseorang dipertemukan oleh Allah dalam rangka untuk terus menuju takwa pada-Nya.

Kan awali dengan hadis Rasulullah Saw, "Cintailah sesuatu (kebaikan) untuk orang lain, sebagaimana kamu mencintainya untuk dirimu, niscaya kamu menjadi muslim (yang baik)." (H.R Tirmidzi)

Pagi itu kuayun langkah hanya untuk menemui seseorang karena sebelumnya bliau sempat menjapriku untuk tujuan yang satu, duduk bersila bersama. Membahas satu agenda. Setelah sampai di rumahnya, kami pun ngobrol ringan dan terkadang sedikit serius.

"Kau tau Ndah, bliau bilang padaku tentang dirimu... 'Dia itu seperti biji kurma yang tertanam di bawah tanah,  tertimpa kerikil dan bahkan bebatuan besar hingga tak tampak pada orang banyak.'" Ucapnya padaku.

Aku hanya mengangguk, menyimak bait demi bait ucapannya.

"Kau mengerti maksud kakak kan?" Timpalnya

"Aku sangat mengerti, Kak."

"Kukatakan pada abangku, kalau beberapa waktu lalu aku kehilangan Kak X, maka kini aku akan kehilanganmu Ndah. Kakak sudah punya firasat kalau kau akan pergi dari sini. Melepasmu begitu hebat rasanya." Terangnya lebih lanjut.

Ah, aku seakan ingin menghentikan langkahku dan bertahan di sini. Mataku terasa panas dan kurasa ada yang menggenang di mataku. Hanya saja kutahan agar genangan itu tak tertumpah di hadapannya.

"Kau tau kan Kak, bagaimana kisahku selama di sini tanpa kuberi tahu padamu. Sejak awal, setelah selesai sidang Thesis aku belum memutuskan sepenuhnya untuk kembali pulang. Namun, karena waktu itu Babah sakit-sakitan, aku memutuskan untuk pulang lebih awal. Bahkan aku tak kembali untuk wisuda."

"Sudah final keputusanmu, dek?"

"In syaa Allah, semoga ini yang terbaik. Kan kuobati dulu luka-luka yang kudapati dari perjalananku selama ini. Maafkan aku Kak."

"Baiklah, semoga Allah meridhai. Kan kucari kain baru, untuk kelak menjadi mitraku selama di sini. Sebab aku yakin Allah tidak akan membiarkan aku sendiri. Ah, sesungguhnya kaulah yang menjadi alasan bliau untuk mendirikan proyek itu, Ndah."

Kurasakan percakapan kami semakin dalam dan terasa berat. Aku pun semakin tak banyak berkata-kata. Diam, menjadi alternatif terbaik. Tak berapa lama terdengar suara seseorang datang dengan mengucapkan salam. Kujawab salam itu sambil kulihat siapa yang datang menyusul untuk bertamu.

"Allah, ketemu lagi." Ucapku

"Indaaah." Sapanya

"Ai Ai... Tuhkan kalau jodoh ketemu, tanpa japrian ya ketemu kan? Maa syaa Allah, garisan takdir-Nya mempertemukan kita kembali dalam silaturahiim ini."

Bla bla bla... Ai, dulunya temen SMP sampe SMA. Setelah tamat kita ga pernah kontakan lagi. Gimana mau kontakan, selama satu sekolahan kita ga pernah ngerasa deket. Tapi, sekarang getaran pertemuannya sudah berbeda. Dalam bingkai ukhuwah. Sama-sama sudah hijrah ke arah yang lebih baik. Begitu juga dengan Intan, temen SMA (sekelas). Kita dulunya ga pernah satu. Dia dengan barisan gengnya, dan aku dalam barisan anak-anak yang doyan belajar.

"Luar biasa ya Ndah, sekarang Intan ngerasa lebih baik. Nutup aurat udah ga ribet lagi. Ikut halaqah juga, pas ketemu Kak x langsung ngeklik gitu. Kalau ga halaqah kayak ada yang kurang."

"Maa syaa Allah, aku seneng ngedengerinnya."

"Kenapa coba ga dari dulu pas SMA. Dirimu kan dulu sering ikut Rohis kan? Kenapa coba ga ngajakin aku?"

"Lah, syukuri aja. Mungkin memang baru sekarang hidayah Allah nyentuh hatimu. Inget ini loh ya! 'Ketika hati kita terbesit untuk menjadi lebih baik, itu tandanya Allah lagi sayang sama kita.' Jadi, hidayah itu kudu dijaga yah! Jangan sampe hidayah itu udah datang tapi balik lagi. Ga membekas di diri kita. Kayak main-main aja ke Allah. Ga mau gitu kan? Ntar kalau Allah ga peduli lagi sama kita gimana coba? Kita loh yang butuh Allah. Allah mah ga butuh. Cuma lebih sadar diri ajalah, kita udah di kasih banyak nikmat, eh malah ga bersyukur. Jangan sampe hati kita ketutup lantas jadi kufur nikmat ke Allah. Naudzubillah."

"Iya ya Ndah."

"Aku juga masih terus memperbaiki diri loh Ntan."

"Senengnya ketemu kalian di sini. Kayaknya beda banget lah. Dulu temen-temen kita itu kayak lebih banyak memang ga pake hati kali ya! Jadi ga berasa gitu. Sekarang ketemu kalian, Ya Allah rasanya. Nikmat banget."

"Alhamdulillah."

Ngobrol-ngobrol tentang "Hijrah" memang ga akan ada habisnya. Kisahnya juga berbeda-beda. Pada intinya, ga ada kata terlambat untuk hijrah ke arah yang lebih baik. Selama Allah masih memberikan kesempatan untuk hidup, maka ketika hidayah datang bertamu ke hatimu... Sambutlah dengan sehangat seperti kau menyambut tamu agung yang begitu hebat. Kau persiapan segala sesuatunya, menjaga dan merawat hidayah itu layaknya kau menjaga balita yang lemah tak berdaya. Teramat berhati-hati.

Berbeda dengan Ai, sepanjang perjalanan pulang dia ngobrol banyak hal, termasuk cerita hijrahnya.

"Ai, dulu sebelum hijrah... Minta izin ke Mamak sama Bobos buat hijrah. Tanggapan mereka sangat positif, malah Bobos menasehati kalau mau hijrah jangan setengah-setengah. Setelah jilbab dan pakaian Ai rapih, Ai bingung ndah... Mau dibawa ke mana hijrah ini? Masak hijrah tapi hati Ai kering. Hijrah tapi kok ga ada ilmunya. Setelah itu Ai cari-cari kawan yang tau di mana tempat ngaji. Eh Allah itu sweet banget ngemudahin jalan Ai, Ketemu dek Via. Nah, dek Via itu yang menjembantani Ai ikut halaqah bareng Kak x."

"Ya Allah, kok hari ini begitu sweet. Seakan aku juga mengenang awal hijrahku." Bisik hatiku.

"Tapi sayang, pas kita baru ketemu sebentar... Kamu malah mau pergi lagi ndah. Kita tetep jaga komunikasi ya Ndah!"

"In syaa Allah, Ai."

***

Mungkin kisahku cukup sampai di sini. Kelak, cerita baru akan berdatangan mendekapku. Ntah akan setenang atau seriuh apa, aku juga ga akan pernah tau. Yang jelas, kusyukuri semua kisah manis pahit selama aku di sini dan untuk kemudian kan kutatap wajah matahari, bila kini aku masih merangkak di lorong gelap tak bercahaya dan tak bertepi.

Kukatakan pada seseorang waktu itu...
"Someone kalau mau pergi, biarpun banyak alasan yg datang pasti tetep pergi. Dan kalau someone mau bertahan, walau hanya satu alasan yg ngebuat dia bertahan pasti dia bertahan. Gitu kan mb?"

"Waaah, itu mah Bang Tere banget."

Wallahu a'lam.


Ai, Intan Binjai, Intan Kampung Dalam dan dek Via (Syudah kabur pulang duluan). Thanks buat perjalanan hari kemarin. Semoga Allah semakin mencintai kalian yang telah membuatku semakin mencintai-Nya.



0 komentar:

Posting Komentar